Tidak ada yang paling melekat dengan Desember dibanding hari liburnya. Mulai dari libur semesteran bagi anak sekolah, hingga rangkaian cuti bersama dalam libur natal dan tahun baru bagi kaum pekerja.
Sayang, di kala pandemi seperti ini, banyak tempat wisata yang memutuskan tutup atau membatasi jumlah pengunjung demi mematuhi protokol kesehatan. Belum lagi aturan wajib tes rapid antigen yang berlaku maksimal 3 hari sebagai syarat menaiki kendaraan tujuan luar kota.
Hal ini membuat banyak orang termasuk saya, dengan berat hati membatalkan rencana liburan akhir tahun. Terang saja, tiket kendaraan umum yang melambung di hari libur, ditambah tes antigen yang berlaku singkat dan juga mahal, sudah lebih dari cukup untuk menguras budget pengeluaran.
Lantas untuk menyiasati pikiran tetap senang, saya mencari sebuah cara untuk tetap berlibur namun secara virtual. Selain tidak menguras uang, liburan virtual juga anti masker dan disinfektan. Cukup bermodalkan snack dan kuota internet full tank, liburan virtualmu sudah dapat dilaksanakan dengan aman dan nyaman.
Hasil pencarian saya akhirnya bermuara pada platform digital dengan penggunaan yang sangat mudah bernama Google Arts & Culture.
Lalu, apa saja fitur Google Arts & Culture yang bisa digunakan untuk mengisi waktu liburan?
1. Jelajah situs warisan dunia
Bung Karno pernah berkata: jangan sekali-sekali meninggalkan sejarah,
kecuali sejarah bersama mantan.
Ya, sejarah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam kehidupan. Bahkan kehadiran kita saat ini juga disebabkan oleh sejarah yang terjadi di masa lalu.
Melalui Google Arts & Culture, kamu juga bisa mempelajari sejarah lho, salah satunya lewat jelajah virtual ke situs warisan dunia.
Dalam laman resmi UNESCO, hingga saat ini terdapat 1121 situs yang telah ditetapkan sebagai warisan dunia. Situs-situs tersebut dikelompokkan dalam situs budaya, situs alam, maupun campuran dari keduanya.
Dari 1121 situs, Google Arts & Culture telah menyediakan enam situs warisan dunia untuk kamu jelajahi, di antaranya adalah Pulau Vulkanik Jeju, Masjid Bersejarah di Kota Bargehat, Kawasan Konservasi Ngoro-Ngoro, Pusat Sejarah Goias, dan Taman Nasional Serengeti.
Bukan hanya foto dan video beresolusi tinggi, Google Arts & Culture juga menyediakan penjelasan tambahan berupa tulisan yang dapat kamu baca selama menikmati penjelajahan.
Ini yang akan membuatmu merasa dipandu seorang tour guide alih-alih sebuah platform online yang tak dapat berbicara. Satu keuntungannya lagi adalah kamu bisa mengatur tampilan bahasa, karena platform ini telah secara otomatis terhubung dengan Google Translate.
Melihat kawanan zebra di Kawasan Konservasi Ngoro-Ngoro, membuat saya terbang sejenak dari keriuhan dealine pekerjaan yang membuat pusing kepala. Belum lagi indahnya kawah Ngoro-Ngoro yang dikenal sebagai kaldera tak terputus terbesar di dunia, membuat mata saya tak ingin beranjak kemana-mana.
Jika korona sudah selesai, saya sudah pasti menambahkan Kawasan Konservasi Ngoro-Ngoro yang terletak di Tanzania, Afrika, sebagai salah satu destinasi wisata. Baik Ngoro-Ngoro, tunggu saya di sana ya!
2. Menikmati karya seni dari maestro terkenal
Selain jalan-jalan ke situs warisan dunia, Google Arts & Culture juga memfasilitasi kamu untuk menikmati karya seni dari maestro terkenal di dunia.
Sebut saja lukisan terkenal Van Gogh yang berjudul Starry Night, dengan goresan gelombang yang abstrak membuat orang awam sulit memahaminya. Namun dengan penjelasan yang memadai, kamu akan mengerti bahwa Van Gogh sedang menggambarkan langit malam dengan bintang-bintang yang meledak dan sebuah desa yang tenang.
Fitur ini sangat menyenangkan, terutama bagi saya. Karena pada akhirnya saya bisa menangkap detail lebih jelas dari goresan tangan Van Gogh. Saya bisa menangkap warna-warna maupun jumlah goresan sehingga lukisan ini terasa bertekstur.
Dengan detail yang sangat unik dan rapi, maka tidak ayal jika lukisan ini sangat fenomenal hingga kini berdiam di Museum of the Modern Art (MoMA), New York, Amerika Serikat.
Bagi kamu yang tertarik dengan dunia lukis, jangan melewatkan tur yang satu ini ya. Dijamin, wawasan dan pengetahuanmu tentang lukisan akan sangat meningkat.
3. Ikut menyelam dalam misi penting
Tahukah kamu bahwa Ethan Hunt saat ini tengah mengemban misi penting untuk menyelamatkan dunia? Tolong jangan beritahu siapa-siapa, karena misi ini sangat rahasia dan mustahil untuk dilakukan, karena ini adalah Mission Impossible. (jeng-jeng jeng... musik berlanjut)
Eh, apa iya lautan mengandung misteri? Bukankah laut hanya berisi air dan ikan?
Ya, laut yang kita kenal memang terlihat seperti air yang berisi hewan dan tumbuhan laut, seperti ikan, udang, hiu, maupun terumbu karang. Namun, apakah kamu menebak isi palung Mariana-titik terdalam lautan yang berada di Filipina?
Apakah masih ada terumbu karang di sana? Atau sekumpulan trench seperti yang digambarkan dalam film Aquaman?
Dilansir dari kompas.com, total lautan yang terpetakan hingga tahun 2019 hanya berjumlah 19%. Luas ini diperkirakan sebesar benua Australia, atau seperlima dari luas lautan dunia. Jadi, masuk akal bukan kalau lautan kita memang masih banyak mengandung misteri.
Namun tenang saja, masih banyak penjelasan lain dalam misi Polarstern yang bisa kamu dapatkan dalam bahasa Indonesia. Salah satunya ialah kisah Shackleton, si penjelajah kutub Inggris yang melakukan penelitian selama tujuh minggu di laut dengan hanya bermodalkan sekoci kayu.
Jadi, bagaimana Kompasianer, liburan virtual bersama Google Arts & Culture ternyata seru juga bukan? Selain irit dan hemat biaya, dengan berlibur secara virtual kamu sudah mendukung upaya kita bersama dalam rangka menahan penyebaran virus korona.
So, stay home and stay healthy ya!
-
Tutut Setyorinie, 27 Desember 2020.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H