Oktober menyisakan kenangan manis setelah pemerintah menetapkan tanggal 28 dan 30 sebagai cuti bersama, untuk mengapit tanggal 29 yang menjadi hari libur nasional. Rangkaian libur ini bahkan menjadi salah satu yang terpanjang di tahun 2020, yakni selama lima hari berturut-turut.
Semenjak virus korona menyebar di awal Maret dan libur lebaran yang tertunda, asupan hiburan menjadi sangat berkurang. Ditambah mekanisme work from home yang membuat jam kerja menjadi elastis seperti karet gelang.
Karena itulah, libur panjang seperti ini sangat dinantikan untuk bersantai sebentar, menghirup napas dalam-dalam dan melakukan kegiatan menyenangkan untuk merecharge energi sebelum kembali normal.
Beberapa kegiatan tersebut adalah...
Pertama, menyelesaikan bacaan yang tersendat di tengah jalan.
Hayooo, siapa di sini yang hobi membeli buku tapi malas ketika membacanya? Yang laper mata ketika di toko buku, tapi butuh usaha keras untuk menuntaskan bab pertama? Jika kamu termasuk di antaranya, selamat kamu tidak sendirian-karena saya juga. Heuheu...
Semenjak bekerja, saya menargetkan untuk membeli minimal satu buku dalam satu bulan. Hal ini dimaksudkan untuk mendorong niat membaca saya yang semakin melempem setelah menjadi budak korporat.
Namun bukannya dibaca sampai habis, saya justru melompat-lompat ke bagian favorit dari buku tersebut untuk dimasukkan dalam Instastory. Alhasil setelah bagian tersebut habis, saya menggeletakannya ke dalam rak hingga menjadi pajangan usang.
Namun saya sadar bahwa aktivitas tersebut tidaklah menyehatkan. Scrolling media sosial terlalu lama membuat mata kita terlena dan akhirnya menjadi luput dengan hal-hal sekitar.
Saya tidak lagi memerhatikan bintang yang akhir-akhir ini tidak muncul karena mendung, suara kodok yang menjadi sangat aktif di malam hari, air kali yang semakin tinggi dan ban motor yang semakin tipis. Bahkan dua bulan lagi 2020 akan berakhir dan saya masih bertanya-tanya tentang apa yang telah saya capai di tahun ini.