Mohon tunggu...
Tutut Setyorinie
Tutut Setyorinie Mohon Tunggu... Lainnya - Pegiat Lingkungan

Warga Bekasi. Bermukim dekat TPST Bantar Gebang. Sedang belajar mengurangi sampah dengan 𝒎𝒆𝒏𝒈𝒐𝒎𝒑𝒐𝒔 dan 𝒅𝒊𝒆𝒕 𝒑𝒍𝒂𝒔𝒕𝒊𝒌. Yuk, bareng!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Beredar Hoaks WAG Anak STM, Polisi sebagai Pelaku atau Korban?

1 Oktober 2019   17:02 Diperbarui: 1 Oktober 2019   17:41 255
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Screenshot WAG STM beredar di Twitter | sumber: @Taufiw_Hdt

Demo yang diikuti anak STM pada 24 September dan berlanjut di hari-hari berikutnya telah menyita perhatian publik. Banyak dari mereka yang mengapresiasi langkah para anak STM yang "melek" terhadap permasalahan bangsa. Berbagai foto dan video tentang anak STM yang tidak ada takut-takutnya menyebar di berbagai media sosial seperti Instagram dan Twitter.

Namun tak berselang lama dari itu, akun @OneMurthada menyebarkan sebuah screenshot percakapan WhatsApp Group (WAG) anak STM yang sedang menunggu koordinator untuk memberi mereka bayaran karena telah melakukan demo.

Screenshot WAG STM beredar di Twitter | sumber: @Taufiw_Hdt
Screenshot WAG STM beredar di Twitter | sumber: @Taufiw_Hdt
Berikut isi percakapan dari WAG anak STM yang telah saya kumpulkan menjadi satu.

isi percakapan dalam WAG anak STM | sumber: twitter @desperadroo
isi percakapan dalam WAG anak STM | sumber: twitter @desperadroo
Sayang, ketika hendak menelusuri twit tersebut, pemilik akun @OneMurtadha sudah tidak bisa ditemukan alias sudah dihapus atau dinonaktifkan. Maka dari itu, saya tidak bisa melihat bagaimana reaksi warganet ketika mendapat kabar tersebut. 

Beberapa dari mereka yang sudah terpesona dengan gerakan anak STM, seperti saya, mungkin agak teriris hatinya. Namun, beberapa lainnya tidak percaya begitu saja. Berawal dari akun @thegrimaldy yang melakukan pengecekan nomor menggunakan aplikasi Truecaller, warganet pun ramai-ramai mengikuti langkahnya.

Dan, ya, hal yang mengejutkan pun terungkap. Nomor yang tercantum di WAG STM ternyata merupakan nomor-nomor polisi.

sumber: twitter @thegrimaldy
sumber: twitter @thegrimaldy
Karena saya penasaran, saya pun melakukan pencarian di google tentang aplikasi ini. Ternyata tidak hanya tersedia playstore, aplikasi ini juga bisa langsung dikunjungi pada website www.truecaller.com

Ilustrasi TrueCaller | sumber: www.truecaller.com
Ilustrasi TrueCaller | sumber: www.truecaller.com
Cara pemakaiannya pun cukup mudah, kamu hanya diminta login dengan menggunakan akun Google. Setelah login, kamu langsung bisa melakukan pencarian nomor telepon. Pertama-tama, saya melakukan pencarian nomor handphone saya sendiri. Dan benar saja, nama saya pun tercantum di sana dengan tulisan "Tutut St".

Penamaan ini agak janggal menurut saya. Karena saya tidak tahu kapan saya menamai nomor saya dengan nama seperti itu. Setelah saya mencoba lagi dengan nama teman saya, hasilnya pun keluar dengan nama pendeknya. Namun ketika mencoba untuk ketiga kalinya, Truecaller tidak bisa menemukan nomor tersebut.

sumber: www.truecaller.com
sumber: www.truecaller.com
Saya tidak tahu pasti bagaimana cara kerja TrueCaller, mengapa ada yang bisa ditemukan dan mengapa ada yang tidak. Mungkin ini mirip seperti aplikasi "Get Contact" yang sempat viral beberapa waktu lalu, karena dapat mengetahui nama WA kita yang tersimpan di handphone orang lain.

Namun penggunaan TrueCaller dalam versi website  ada batasannya. Saya yang terlalu sibuk mencoba-coba akhirnya lupa untuk mencari nomor WhatsApp yang tersebar di WAG anak STM. Penggunaan lebih lanjut harus melalui aplikasi yang dapat didownload di Android ataupun iOS.

Meski demikian, warganet telah banyak yang melakukan penelusuran terhadap nomor dalam WAG tersebut dan bertemu nama-nama polisi seperti Briptu, Brigadir, dan Polda.

twitter @opposite6890
twitter @opposite6890
Bahkan ada seseorang yang mengaku mengenal nomor temannya yang memang berprofesi sebagai polisi dalam screenshot WAG STM tersebut. Hal ini menimbulkan tanda tanya yang besar di mata warganet: apa benar, polisi sedemikian nekat untuk mengatakan bahwa anak STM ini bergerak karena adanya bayaran?

Jika iya, mengapa terlalu mudah?

Ya, jika benar percakapan dalam WhatsApp Group tersebut dibuat oleh polisi, mengapa terlalu mudah? Pertama, polisi yang kesehariannya bergerak di dunia detektif pasti sudah tahu bahwa banyak aplikasi yang dapat digunakan untuk melacak nomor telepon. Lalu mengapa dengan mudah mereka memperlihatkan nomor telepon tersebut?

Kedua, nomor yang diperlihatkan hampir semuanya adalah nomor telkomsel. Sebagai orang yang pernah mencicipi duduk di bangku pelajar, rasanya mustahil memiliki nomor telkomsel. Bagi pelajar, nomor telkomsel bagaikan dewa karena harganya hehe. 

Bahkan ketika kuliah, nomor telkomsel pun masih jarang dimiliki oleh teman-teman saya, kecuali oleh mereka yang memang terkenal "berada". Maka dilihat dari sisi pandangan awam, screenshot WAG STM itu sudah terlihat janggal.

Hanya ada dua alasan tentang beredarnya WAG STM ini, 

1. Polisi dengan sengaja membuat percakapan WAG ini agar masyarakat percaya bahwa pergerakan anak STM dikarenakan motif berupa uang. Selain itu, polisi juga tidak tahu menahu tentang aplikasi pelacakan nomor telepon. 

Alasan ini bisa masuk akal, walau banyak yang menilai ini adalah langkah yang "terlalu bodoh" untuk diambil kepolisian.

2. Ada yang sengaja mendiskreditkan nama kepolisian, karena sudah pasti tahu bahwa nomor-nomor yang tersebar itu akan dilacak dan disebarkan karena terbukti tidak sesuai, apalagi nomor itu adalah milik polisi. 

Seperti yang kita tahu, saat ini polisi sudah tidak ada artinya lagi di mata rakyat. Sebelum ini, hoaksnya mobil ambulans yang membawa batu sempat menyita perhatian publik. Belum lagi video yang beredar di media sosial tentang penyerangan polisi terhadap mahasiswa dan anak STM serta mahasiswa Kendari yang tewas tertembus peluru. 

Maka, satu lagi kabar buruk tentang polisi akan benar-benar membunuh karakter polisi di mata masyarakat. Apakah itu tujuannya?

Sayang, di negeri dagelan, sulit untuk mengetahui mana yang benar.

--

Tutut Setyorinie, 1 Oktober 2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun