Mohon tunggu...
Tutut Setyorinie
Tutut Setyorinie Mohon Tunggu... Lainnya - Pegiat Lingkungan

Warga Bekasi. Bermukim dekat TPST Bantar Gebang. Sedang belajar mengurangi sampah dengan 𝒎𝒆𝒏𝒈𝒐𝒎𝒑𝒐𝒔 dan 𝒅𝒊𝒆𝒕 𝒑𝒍𝒂𝒔𝒕𝒊𝒌. Yuk, bareng!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ada Apa dengan "Menara Saidah"?

30 September 2019   14:14 Diperbarui: 30 September 2019   23:42 4343
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: twitter.com | dokpri

Pagi ini, saya membuka Twitter untuk mengecek berita baru. Ya, Twitter memang sudah saya jadikan sebagai media untuk melihat apa yang terjadi hari ini. Beberapa masih meramaikan kasus #GejayanMemanggil dan beberapa RUU yang kontroversial serta kerusuhan yang terjadi di Wamena. 

Namun ketika melihat kolom trends, di sana muncul "Menara Saidah" dengan twit lebih dari 6 ribu kali. Lantas saya bertanya-tanya, ada apa dengan menara saidah?

sumber: twitter.com | dokpri
sumber: twitter.com | dokpri

Sebenarnya saya kurang mengetahui letak di mana Menara Saidah. Mungkin ini dikarenakan saya yang kudet alias kurang update atau mungkin kebiasaan saya yang tidak terlalu memerhatikan nama gedung ketika berjalan melintasi Jakarta.

Setelah melakukan penelusuran di google, Menara Saidah ternyata terletak di Jl. Letjen M. T. Haryono. Dirujuk dari berbagai sumber, pada awalnya gedung ini dikerjakan oleh PT Hutama Karya yang kemudian menjadi milik Mustika Ratu. Lalu gedung ini dilelang, yang akhirnya dimenangkan oleh keluarga Saidah. 

Ya, penamaan Saidah ternyata berasal dari pemilik gedung. Kepemilikan pertama dipegang oleh Fajri Setiawan yang merupakan anak kelima dari Nyonya Saidah. Lalu ketika Fajri meninggal, kepemilikan beralih ke tangan suami Inneke, anak bungsu Nyonya Saidah.

Dari cerita kepemilikan di atas memang tampak tidak ada yang janggal. Namun entah kenapa bangunan yang sebelumnya ramai disewa para pembisnis ini, perlahan ditinggalkan, hingga akhirnya kosong dan resmi ditutup pada tahun 2009.

Konon para penghuni di sana sering mengalami berbagai kejadian mistis. Mulai dari suara yang tidak bertuan, lampu yang tiba-tiba meredup, hingga lift yang mendadak tidak bergerak. Belum lagi sosok hantu berbaju merah yang menghuni lantai 3, dan sosok misterius lainnya yang lalu lalang sehingga Menara Saidah tampak "ramai" oleh mereka yang tak kasat mata.

Menara Saidah | Ilustrasi: misteraladin.com
Menara Saidah | Ilustrasi: misteraladin.com
Dari gambar di atas, sebenarnya Menara Saidah memiliki arsitektur yang megah, mirip dengan Parthenon di Athena. Namun setelah lama ditinggalkan, sisi horor pun mulai terlihat. Mulai dari rumput yang tumbuh tidak beraturan, hingga kesan romawi kuno yang entah kenapa membuat gedung ini semakin horor.

Selain kehororannya, penyebab penyewa meninggalkan Menara Saidah adalah karena bangunan tersebut dianggap mirip, dan sewaktu-waktu mungkin bisa saja roboh. Namun hal ini ditangkis oleh sang kontraktor, yakni PT Hutama Karya. 

Ary Widiantoro, Sekretaris PT Hutama Karya, menyebutkan bahwa Menara Saidah tidak mungkin miring, karena jika miring pasti menimbulkan tekanan pada dinding bangunan yang akan menyebabkan kaca pecah. Sedangkan kaca-kaca di Menara Saidah masih berada di tempatnya  alias tidak pecah.

Di mata orang awam seperti saya, melihat kemiringan gedung yang menjulang tinggi memang sangat sulit. Jika dari dekat, saya harus mendongak untuk melihat ujung bangunannya. Jika dari jauh, kelihatannya sama saja. Mungkin ini dikarenakan background saya yang jarang melakukan hitung-hitungan bangunan ya hihi..

Namun ada juga yang mengatakan bahwa miringnya Menara Saidah dikarenakan karakteristik tanahnya yang mirip Menara Pisa di Italia. Wah, kalau tidak ada unsur horor, mungkin Menara Saidah bisa dijadikan objek wisata Menara Miring ala Indonesia ya?

Walau sudah mangkrak selama 10 tahun, Menara Saidah belum juga dirobohkan. Rencana-rencana untuk merobohkan Menara Saidah pun seperti angin lalu. Ya, merobohkan menara setinggi 28 lantai itu tampak bukan hal yang mudah. Puing dari bangunan itu bisa saja menimpa rumah penduduk sekitar atau jalan tol yang berada di dekatnya.

sumber: twitter.com | dokpri
sumber: twitter.com | dokpri
Tentang kemunculannya yang menjadi trending topic pun dipertanyakan oleh warga Twitter: ya, ada apa dengan Menara Saidah? Kok tiba-tiba viral? Apa ada kejadian baru di sana? Setelah melakukan penelusuran, hingga kini saya pun belum bisa menemukan penyebab trendingnya Menara Saidah di Twitter. 

Akun @abirekso menyatakan bahwa trendingnya Menara Saidah adalah kriptografi. "Menara Saidah jadi trending, itu kriptografi. Dari Cawang ada yang bergerak menuju Senayan. Saling waspada."

sumber: twitter @abirekso
sumber: twitter @abirekso
Kriptografi seperti sebuah bahasa sandi. Ini seperti bukunya Agatha Christie yang penuh dengan misteri. Namun tentang apa yang bergerak, akun tersebut pun tidak menjelaskan lebih lanjut.

Ada juga akun@dhanischtzy yang membagikan pengalaman horornya ketika di Menara Saidah. Konon Menara Saidah memang sering digunakan sebagai tempat uji nyali. Nah, bagi kamu yang memiliki nyali untuk "berburu" mungkin sangat cocok untuk datang ke Menara Saidah ini. Kalau saya, mungkin lebih memilih rebahan sambil skinkeran dibanding disuruh pergi ke Menara Saidah hehe #KaumNyaliCiut.

sumber: twitter @dhanischtzy
sumber: twitter @dhanischtzy
Bagaimana pun kemunculan Menara Saidah di kolom Twitter memang banyak menarik perhatian. Bagaimana tidak, gedung yang begitu megah dan pusat perkantoran, kini menjadi puing yang menua seorang diri. Pemandangan dan arsitektur yang memesona, kini menjadi tumpukan tak bernilai.

Menara Saidah seolah menyampaikan, tidak ada hal yang abadi di dunia ini. Bahkan kemegahan sekalipun, dapat menjadi barang rongkosan dalam waktu yang amat singkat.

--

Sumber: 1, 2, 3

Tutut Setyorinie, 30 September 2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun