Sudah saatnya kita berani berkata tidak untuk hal yang sia-sia. Apalagi di bulan Ramadhan saat amal kebaikan dilipatgandakan menjadi 70 kali lipat. Kita harus dapat meniru keteguhan hati Asiyah untuk melakukan yang benar dan tidak tersentuh dengan gemilaunya harta dan dunia.
Asiyah, wanita yang lembut hatinya
Asiyah memiliki hati yang sangat lembut. Karena kuasa Allah ia tidak memiliki keturunan, maka ketika ia melihat keranjang bayi melintas di sungai Nil, Asiyah langsung ingin merawatnya sebagai anak.
Bahkan kelembutan Asiyah bisa melunakkan hati Firaun untuk tidak membunuh anak laki-laki yang ditemukan itu, walau pada tahun itu merupakan tahun kematian dimana bayi laki-laki yang baru lahir harus segera dibunuh.
Asiyah dengan tulus hati merawat anak tersebut yang kelak menjadi seorang Nabi. Ia bahkan sangat menyayangi anak itu walau bukan berasal dari darah dagingnya sendiri.
Pelajaran ini tentu perlu kita ambil bahwa tidak semua dari kita tentu dapat memiliki keturunan. Jika telah dapat, maka wajib bagi kita untuk menyayangi mereka setulus hati, seperti yang dilakukan Asiyah.
Asiyah, wanita yang tidak gentar menghadapi siksaan Firaun
Ketika keimanannya diketahui, Asiyah tidak gentar sedikitpun. Asiyah ikhlas tangan dan kakinya diikat, dijemur dalam panas padang pasir hingga nyawanya terenggut. Bahkan Asiyah berdoa kepada Allah SWT yang diabadikan dalam Al-Qur'an surat At-Tahrim ayat 11,
"Ya Tuhanku, bangunkanlah untukku sebuah rumah di sisi-Mu dalam surga dan selamatkanlah aku dari Fir'aun dan perbuatannya, dan selamatkanlah aku dari kaum yang zalim." (Q.S. At-Tahrim ayat 11)
Asiyah adalah sosok yang berani mengemukakan keimanannya, walau nyawanya terancam. Sudah sepantasnya kita meniru perilakunya, yakni rela mengatakan hal yang benar dan melawan kezhaliman.
Salam,