Mohon tunggu...
Tutut Setyorinie
Tutut Setyorinie Mohon Tunggu... Lainnya - Pegiat Lingkungan

Warga Bekasi. Bermukim dekat TPST Bantar Gebang. Sedang belajar mengurangi sampah dengan 𝒎𝒆𝒏𝒈𝒐𝒎𝒑𝒐𝒔 dan 𝒅𝒊𝒆𝒕 𝒑𝒍𝒂𝒔𝒕𝒊𝒌. Yuk, bareng!

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Skripsi, Dilema Mahasiswa Tingkat Akhir

25 April 2019   12:03 Diperbarui: 25 April 2019   18:08 982
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: instagram @lisastefanny_

Baru-baru ini, sebuah berita viral tentang mahasiswa Universitas Surabaya yang berhasil membuat skripsi setebal 1150 halaman. Hal ini lantas menjadi perbincangan di media sosial seperti twitter dan instagram, karena skripsi yang tebalnya 10 kali lipat dari skripsi pada umumnya tersebut hanya dikerjakan selama 45 hari. Sungguh waktu yang mustahil apabila dikerjakan oleh mahasiswa biasa seperti saya. heu heu

Dalam laman instagramnya, Lisa Stefanny mengaku ia tidak menyangka akan menghasilkan skripsi yang menjadi bahan perbincangan ini. Pasalnya di semester pertama ia hanya mendapat indeks prestasi (IP) sebesar 1,5 dan sejak dulu ia sangat malu untuk mengakuinya. Dengan akhir yang segemilang ini, Lisa percaya bahwa tidak ada yang tidak mungkin untuk diwujudkan.

sumber: instagram @lisastefanny_
sumber: instagram @lisastefanny_
Skripsi memang sudah menjadi momok yang menakutkan sejak zaman nenek moyang. Saya sebagai mahasiswa yang tengah menghadapi dilema per-skripsi-an juga merasa bahwa membuat skripsi bukanlah hal yang mudah. Di mulai dari mencari topik, tempat penelitian, menghadapi dosen pembimbing, revisi yang bertubi-tubi, hingga akhirnya sidang. 

Saya masih ingat ketika saya tidak tahu lagi harus ke mana untuk mencari tempat penelitian. Pasalnya topik yang ingin saya teliti adalah laporan keuangan, yang mana merupakan hal yang sangat privat bagi perusahaan. Saat itu saya merasa bahwa koneksi alias jaringan pertemanan sangat dibutuhkan. Dari mulai teman SD, SMP, SMK, kuliah hingga teman yang sudah kerja saya hubungi untuk bertanya tentang kemungkinan perusahaan yang akan saya jadikan sebagai objek penelitian. Namun kebanyakan dari mereka menjawab tidak bisa, karena keuangan perusahaan yang belum go-public adalah sesuatu yang amat sentimentil.

Surat dari kampus yang konon sebagai sarana formalitas juga tidak banyak membantu untuk mendapat kepercayaan dari perusahaan. Ketika hampir menyerah, seorang teman berkata bahwa ia bisa membantu karena perusahaannya terbilang baru dan orang-orangnya tidak sungkan untuk memberi data keuangan. Ya, begitulah semesta memberikan jawabannya.

"Di mana ada niat, di situlah ada jalan," pepatah itu sudah seperti jimat yang saya pegang erat. Saya percaya bahwa di mana ada kemauan dan niat yang kuat, semesta pasti akan bahu-membahu untuk mewujudkannya.

Lalu bagaimana cara agar skripsi tidak terus mengganggu pikiran sehingga bisa tidur nyenyak alias cepat selesai?

1. Kerjakan sesegera mungkin, karena skripsi yang selesai adalah skripsi yang dikerjakan bukan yang dipikirkan.

ilustrasi: hitsbanget.com
ilustrasi: hitsbanget.com
Kebiasaan mahasiswa adalah menunda. Menganggap bahwa sidang masih lama. Menganggap bahwa masih banyak waktu untuk bersantai sejenak, leyeh-leyeh, kemudian lupa. heu-heu

Saya mengatakan ini karena begitulah yang ada di benak saya. Semester akhir lebih banyak menghabiskan waktu di rumah. Tidak ada lagi teman-teman yang bisa memacu semangat kita untuk mengerjakan, dan tidak ada lagi dosen yang setiap hari masuk kelas untuk menanyakan apakah sudah selesai. 

Tidak adanya cambukan itu membuat kita merasa aman dan nyaman. Sementara di sisi lain, waktu terus berjalan, jadwal sidang semakin mendekat, dan teman-temanmu sudah selesai. Kalau sudah seperti ini, baru kita akan menyadari berapa banyak waktu yang terbuang untuk menunda.

Maka dari sekarang, bakar semangat untuk dirimu sendiri. Karena motivasi terkuat adalah motivasi yang berasal dari diri sendiri. Mulai kerjakan, karena di mana ada niat pasti selalu ada cara untuk menyelesaikannya.

2. Jangan malas untuk membaca

ilustrasi: kumparan.com
ilustrasi: kumparan.com
"Kalau tidak membaca, bisa menulis apa?" salah satu qoutes dari Kompasianer Listhia H. Rahman, selalu terngiang di pikiran saya. Dan begitulah memang. Sebenarnya apa yang kita tulis adalah rangkuman dari apa yang pernah kita baca. Semakin banyak yang kamu baca, maka semakin kompleks tulisanmu. Begitu juga dengan semakin sedikit yang kamu baca, maka semakin sederhana pula tulisanmu.

Dalam membuat skripsi, membaca buku dan jurnal adalah hal wajib yang harus dilakukan. Terkadang kita harus menghabiskan waktu berjam-jam di perpustakaan demi mendapat sebuah informasi yang kita butuhkan. Di era teknologi ini, sebenarnya kita tidak harus ke perpustakaan, karena sudah banyak situs yang dapat membantu kita untuk mendapatkan buku maupun jurnal secara online. Beberapa situs tersebut adalah:

a. Google Scholar

Tidak diragukan lagi bahwa google scholar adalah sarana yang paling mudah untuk mendapatkan jurnal. Kamu bisa langsung mengetikannya di google, atau langsung mengunjunginya di halaman berikut scholar.google.co.id.  

Dalam google scholar, kamu bisa memilih rentang waktu kapan artikel tersebut diterbitkan. Jadi, kamu bisa memilih artikel terbaru sesuai kebutuhan. Misalnya, dosen kamu meminta untuk menggunakan jurnal 5 tahun terakhir, jadi kamu bisa men-setting waktu di google scholar sejak tahun 2014 agar artikel atau jurnal yang muncul hanya yang diterbitkan tahun 2014 - sekarang.

b. i-Pusnas

i-Pusnas merupakan perpustakaan digital nasional. Berbeda dengan google scholar yang berbentuk situs, i-Pusnas berbentuk aplikasi yang bisa kamu download untuk PC maupun handphone. Cara downloadnya cukup mudah, kamu hanya perlu mengunjungi website i-Pusnas di ipusnas.id.

Di i-Pusnas kamu bisa meminjam buku full-version kemudian mengembalikannya sesuai waktu yang sudah ditentukan. Namun i-Pusnas juga memiliki kekurangan yaitu buku yang disediakan tidak banyak dan bukan buku terbitan baru. Meski begitu, i-Pusnas menyediakan ragam buku yang lumayan banyak, mulai dari buku agama, bahasa, fiksi, biografi, hingga pendidikan.

c. Portal Garuda Publikasi Index (IPI) dan Garuda Ristek Dikti

Sama seperti google scholar, Portal Garuda dan Garuda Ristek Dikti digunakan untuk mencari jurnal. Perbedaannya, jika dalam google scholar lebih banyak jurnal internasional, situs ini banyak mencantumkan jurnal nasional. Kamu bisa mengunjunginya di laman id.portalgaruda.org dan garuda.ristekdikti.go.id.

d. Directory of Open Access Journal (DOAJ)

Dari namanya kita sudah tahu, bahwa situs ini menyediakan jurnal internasional. Meski begitu, DOAJ juga menyediakan jurnal-jurnal nasional jika kamu mengetik kata kunci dalam bahasa Indonesia. Kamu bisa mengunjungi situs DOAJ di laman berikut doaj.org.

e. Dan lain-lain

Beberapa situs lainnya adalah Jurnal Teknik Laboratorium (teknolabjournal.com), Jurnal Teknologi dan Sains (ejurnal.bppt.go.id), Jurnal Online Universitas Gajah Mada (jurnal.ugm.ac.id), International Journal of Education and Research (ijern.com), dan masih banyak lagi.

3. Rajin-rajinlah hubungi dosen pembimbing

ilustrasi: http://icampusindonesia.com
ilustrasi: http://icampusindonesia.com
Salah satu kunci cepat selesai skripsi adalah rajin menghubungi dosen pembimbing. Berapa banyak dari kita yang skripsinya tidak berlanjut karena dosen pembimbingnya susah ditemui? Puluhan. Beberapa teman saya bahkan mengeluhkan dosen pembimbingnya ke Kepala Program Studi karena susah ditemui.

Buat kamu yang dosen pembimbingnya mudah ditemui, bersyukurlah! Kamu adalah 1 dari sekian orang yang beruntung dan diberi kemudahan untuk menyelesaikan skripsi. Namun bagi kamu yang mempunyai masalah dengan dosen pembimbing, jangan putus asa! Setiap orang memiliki hambatan, mungkin hambatanmu saat ini lebih kecil dari hambatan yang dihadapi orang lain.

Namun permasalahannya tidak sampai di situ, jika pembimbingmu sudah mau ditemui, masalah lain muncul. Entah judul skripsi kamu yang diprotes, lalu teori yang amburadul, metode penelitian yang tidak sesuai, dan lain-lain, sehingga kata "revisi" sering disebutkan bertubi-tubi. 

Meski demikian, semakin sering kamu revisi, maka semakin dekat juga jalan kamu untuk menuju kata "ACC", lalu sidang, dan wisuda. Bukankah kamu sudah tidak sabar memindahkan tali toga? Kalau begitu tetap semangat ya! Percayalah usahamu ini akan berbuah manis dan menjadi kenangan tak terlupakan di kemudian hari.

Salam perjuangan meraih toga,

Hidup Mahasiswa!
Tutut Setyorinie, 25 April 2019.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun