Mohon tunggu...
Tutut Setyorinie
Tutut Setyorinie Mohon Tunggu... Lainnya - Pegiat Lingkungan

Warga Bekasi. Bermukim dekat TPST Bantar Gebang. Sedang belajar mengurangi sampah dengan 𝒎𝒆𝒏𝒈𝒐𝒎𝒑𝒐𝒔 dan 𝒅𝒊𝒆𝒕 𝒑𝒍𝒂𝒔𝒕𝒊𝒌. Yuk, bareng!

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Kirana

16 Desember 2017   20:30 Diperbarui: 17 Desember 2017   09:07 1598
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Seratus!"

Gadis berambut pirang itu, Kirana, mengangkat tinggi-tinggi hasil ujiannya. Ia baru saja menjalani ujian matematika dalam persiapan ujian nasional Sekolah Dasar. Esok, ulang tahunnya yang ke dua belas. Ia telah membuat satu permohonan yang hanya dapat dikabulkan jika salah satu ujiannya mendapat nilai seratus.

"Ujian matematikaku seratus, bu."

Namun saat itu rumah tengah sepi. Kirana yang terlalu asik mencermati kertas ujiannya bahkan tak menyadari bahwa dua kali sahutannya tidak terbalas apa-apa.

"Bu?"

Lima detik berikutnya ia tersadar. Ibu, ayah dan kakak sulungnya seharusnya berada di sini, di kursi melingkar ini. Mereka biasa menunggu dirinya pulang, lantas menciumi kepalanya satu-satu. Bersyukur bahwa tidak ada yang coba melukainya hari ini.

Namun kursi melingkar itu sekarang kosong. Ruangan itu kosong. Bahkan Kirana bisa merasakan bahwa rumah ini juga kosong.

"Mas Lintang?"

Kakaknya tidak berkuliah hari ini. Tapi saat ia menghampiri kamarnya, lelaki itu tidak berada di sana. Kirana menatap sekitar sebelum menyibak tirai jendela yang menyembunyikan wajah kota tempat tinggalnya.

Selama hampir dua belas tahun hidup, Kirana hanya mengenali satu jalan dalam kota ini: jalan menuju sekolah. Ibunya selalu berkata untuk tidak pernah kemana-mana, kota ini mempunyai sihir yang akan menyebabkan orang tersesat.

Selama hampir dua belas tahun hidup juga tidak lebih dari sepuluh orang yang mengenalnya. Hitungan itu sudah termasuk ayah, ibu, serta kakaknya. Sisanya ada guru-guru, teman sebangkunya, dan satpam sekolah. Kirana selalu takut berinteraksi dengan orang-orang. Ibunya selalu berkata bahwa dalam diri setiap orang mengandung sihir. Terutama mereka yang berambut hitam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun