7 Oktober lalu, PT Kereta Commuter Line Indonesia resmi memperpanjang jangkauan KRL tujuan stasiun Bekasi, hingga Stasiun Bekasi Timur, Stasiun Tambun, Stasiun Cibitung sampai Stasiun Cikarang. Perpanjangan jalur KRL ini tentu tidak lepas dari minat masyarakat untuk naik kereta sekaligus realisasi dari pemerintah untuk menyediakan transportasi yang aman, nyaman serta terjangkau.
Sebagai warga bekasi, tidak genap rasanya jikalau belum menjelajahi stasiun-stasiun baru ini, terutama Stasiun Bekasi Timur. Stasiun yang baru diresmikan oleh Menteri Perhubungan Indonesia, Budi Karya Sumadi, pada 7 Oktober lalu ini ternyata memiliki arsitektur yang cukup unik.
Stasiun ini mempunyai dua tangga yang menjulang ke atas menuju loket pembelian tiket dan tapping kartu masuk. Kedua tangga ini dilengkapi dengan tanda arah jalur yang boleh dilewati oleh penumpang. Keberadaan tangga ini membuat lintasan jalur kereta tidak terganggu dengan aktifitas penyebrangan penumpang yang terkadang sulit memenuhi aturan. Selain kedua tangga di sisi kanan maupun kiri, Stasiun Bekasi Timur juga mempunyai lift yang diperuntukkan untuk penyandang disabilitas dan lansia.
Jarang sekali saya menemukan lift dalam sebuah stasiun yang biasanya hanya menyediakan tangga biasa atau eskalator seperti di Stasiun Tanah Abang, Sudirman, Cikini, dan Juanda. Maka, satu hal yang lansung terpintas di otak saya: menakjubkan. Walau dikhususkan untuk para lansia dan penyandang disabilitas, tidak sedikit juga penumpang muda hingga dewasa yang ikut mencicipi sensasi naik lift ini, termasuk saya yang waktu itu memang membawa banyak barang. Hm, alasan!
penampakan elevator di Stasiun Bekasi Timur - dokpri
Lift ini tidak jauh berbeda dengan lift di pusat perjalanan, mungkin maksimal dapat menampung hingga lima belas orang. Dengan desain yang sederhana karena hanya mengantar penumpang ke satu lantai tujuan, lift ini memungkinkan orang awam yang belum pernah naik sekalipun untuk menggunakannya.
para pengantre lift - dokpri
Selain lift, Stasiun Bekasi Timur juga dilengkapi dengan fasilitas penunjang lain yang kondisinya tak kalah baik, seperti toilet dan mushola. Lahan parkir yang dapat menampung hingga 100 kendaraan mobil juga tampak lebih lenggang. Di senin pagi kemarin, hanya terdapat delapan mobil yang terparkir di sana. Hal ini berbanding terbalik dengan Stasiun Bekasi yang kendaraannya membludak sampai keluar stasiun. Tidak ayal bisnis penitipan motor menjadi lahan penghasilan yang tampak menggiurkan.
Proses
tapping kartu juga tampak lebih lenggang. Hal ini dikarenakan Stasiun Bekasi Timur mempunyai sembilan mesin untuk tapping kartu elektronik dan lima mesin point of sales untuk pembelian/isi ulang kartu. Sedikit lebih banyak dibanding stasiun terdahulunya, yakni Stasiun Bekasi.
tapping gate yg tampak sepi - dokpri
Stasiun Bekasi Timur hanya memiliki dua peron, yang masing-masing memiliki panjang 270 meter. Peron satu untuk lintasan KRL menuju Cikarang, sedangkan peron dua untuk lintasan KRL menuju Jakarta Kota. Hal yang membuat saya takjub (sekali lagi) adalah lantai peronnya yang dilapisi keramik. Hal ini membuat saya berpikir ulang tentang stasiun KRL paling megah se-Jabodetabek yang dulu pernah saya anugerahkan pada Stasiun Palmerah.
Walau terbilang baru, kesibukan di Stasiun Bekasi Timur tampak terasa di senin pagi yang seperti biasanya merupakan
monster day a.k.a Monday bagi sebagian orang. Saat itu matahari masih tampak malu-malu di ufuk fajar, belum genap jarum jam menunjuk pukul enam, dan seperti inilah pemandangannya..
penampakan senin pagi - dokpri
Meski begitu, Stasiun Bekasi masih jauh lebih ramai dan lebih sibuk dari stasiun baru ini. Hal ini dikarenakan jadwal keberangkatan KRL yang masih mempunyai rentang jauh. Alhasil para pekerja atau mahasiswa yang selalu dikejar jam masuk seperti saya, lebih senang pergi ke Stasiun Bekasi dengan jarak keberangkatan yang lebih pasti
alias tidak menunggu lama.
jadwal keberangkatan - dokpri
Untuk ke depannya, hal ini mungkin bisa dijadikan bahan pertimbangan bagi pihak Commuter Line untuk mengatur ulang jadwal pemberangkatan kereta, dan dengan begitu dapat mengurangi kesesakan di stasiun Bekasi. Karena ternyata, tidak sedikit juga peminat KRL dari Cikarang, Cibitung, dan Tambun yang bertujuan ke Jakarta Kota.
Lihat Sosbud Selengkapnya