Mohon tunggu...
Tutut Setyorinie
Tutut Setyorinie Mohon Tunggu... Lainnya - Pegiat Lingkungan

Warga Bekasi. Bermukim dekat TPST Bantar Gebang. Sedang belajar mengurangi sampah dengan 𝒎𝒆𝒏𝒈𝒐𝒎𝒑𝒐𝒔 dan 𝒅𝒊𝒆𝒕 𝒑𝒍𝒂𝒔𝒕𝒊𝒌. Yuk, bareng!

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen | Perihal Kegilaaan

23 Oktober 2017   14:47 Diperbarui: 25 Oktober 2017   00:58 1562
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Antonio Ojeda (Ilustrasi: @kulturtava)

Kau juga sering berkhayal hidup di dunia sinetron. Si miskin yang baik hati biasanya akan tertabrak mobil wanita kaya yang baik hati. Dengan begitu, wanita itu akan memberinya uang sebagai ganti rugi. Alih-alih senang menerima, si miskin menolak dengan alasan ia baik-baik saja. Si wanita kaya akhirnya jatuh cinta padanya, dan mereka hidup bahagia selama-lamanya.

Namun sampai saat ini, tak ada mobil yang menabrakmu. Apalagi wanita kaya yang jatuh cinta padamu. Pernah suatu kali kau mencoba berjalan di tengah lalu lintas padat untuk mencari peruntungan. Namun yang kau temui hanya kebuntungan karena seorang polisi mendadak datang dan menyeretmu ke pinggir jalan.

Hari mulai gelap. Waktumu tinggal tersisa 12 jam lagi untuk memikirkan jawaban atau menunggu langit menjatuhkan uang. Kau menunduk pasrah. Tarikan napasmu terasa berat. Suara disekelilingmu mendadak sayup. Telingamu hanya berfokus pada suara degup jantungmu yang agaknya terlalu keras untuk didengar.

"Meteor jatuh."

Kau tak peduli apa itu meteor. Atau siapa yang tengah duduk di sebelahmu sambil terus-terusan menyebut meteor. Hidupmu sudah terlalu rumit untuk merumitkan hal yang tak kau mengerti.

"Meteooorrr... bawa aku bersamamu."

Satu kenyataan: kau bukan satu-satunya orang yang hampir gila di kota ini. Bisa jadi orang di sampingmu punya kadar kegilaan yang lebih tinggi sehingga ia berani berteriak di jalan padat penuh asap kendaraan. Kau tegakkan kepala. Siapa tahu dua orang yang hampir gila bisa berbagi kepahitan hidup.

Namun saat pandanganmu lurus menatapnya. Semua hal tentang kegilaan itu lumer secara bersamaan. Wanita itu tengah duduk memakai baju terusan selutut. Ia tersenyum menatap angkasa yang bagimu hanya menawarkan gelap tak berkesudahan. Wajah wanita itu mengingatkanmu pada purnama ke dua belas: mempesona.

Hampir lima detik matamu tak berkedip, sampai wanita itu balas menoleh, tersenyum, lalu kembali menunjuk tangannya ke angkasa. "Hujan meteor Orionid."

Kau tahu langit itu kosong. Namun kau juga tidak sampai hati mengatakan penolakan. Maka dengan segala keraguan, kepalamu mendongak. Dibanding hidupmu, langit itu tampak sedikit terang. Banyak bintang yang kelipnya samar-samar, atau pesawat yang meninggalkan ekor asap. Dua menit kemudian sebuah cahaya jatuh melintas lalu hilang.

Wanita di sampingmu memekik. "Meteor!"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun