Mohon tunggu...
Tutut Setyorinie
Tutut Setyorinie Mohon Tunggu... Lainnya - Pegiat Lingkungan

Warga Bekasi. Bermukim dekat TPST Bantar Gebang. Sedang belajar mengurangi sampah dengan 𝒎𝒆𝒏𝒈𝒐𝒎𝒑𝒐𝒔 dan 𝒅𝒊𝒆𝒕 𝒑𝒍𝒂𝒔𝒕𝒊𝒌. Yuk, bareng!

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Kata Siapa Dongeng Hanya untuk Anak Kecil?

9 Juli 2017   23:03 Diperbarui: 14 Juli 2017   15:32 1444
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
poster Beauty and the Beast. Sumber: http://groundedparents.com

Apa yang ada di pikiran kita ketika mendengar cerita tentang penyihir, peri, kuda terbang, dan segala hal negeri dongeng? Pasti langsung saja telinga kita menjauh, mata kita melipir, sambil bergumam: dongeng kan hanya untuk anak kecil.  

Dikutip dari Wikipedia, dongeng merupakan bentuk sastra lama yang bercerita tentang suatu kejadian yang luar biasa yang penuh khayalan (fiksi) yang dianggap oleh masyarakat suatu hal yang tidak benar-benar terjadi. Entah mengapa cerita yang dikaitkan dengan kekuatan magic dan lots of imagination ini acapkali dikaitkan dengan pikiran anak kecil yang masih amat lugu dan sederhana. Lantas apa berarti ketika dewasa kita tidak lazim untuk mengkhayal dan berimajinasi lagi? Atau sesungguhnya kita yang sengaja membatasi diri kita untuk tidak bertindak seperti "anak kecil"?

Buku-buku dongeng yang penggambarannya kerap kali terkesan abnormal justru menuntut kita untuk kreatif berpikir. Bagaimana kita membayangkan seorang nenek tua dapat mengubah segalanya dengan tongkat sihir dan bagaimana kita membayangkan setengah kuda setengah manusia dapat berperang layaknya tentara adalah seberapa tinggi pikiran kita terbang melintasi sesuatu yang biasa.

Meski begitu, cerita dongeng yang sudah diadaptasi menjadi versi film telah memudahkan kita untuk menangkap gambaran imajinasi yang hendak disampaikan oleh penulis. Lihat saja bagaimana melejitnya film adaptasi dari dongeng lama dan film fantasi lainnya yang menjadi sangat menarik dan pantas dikulik.

Lantas apa saja film-film itu?

1. Stardust (2007)

poster Stardust. Sumber: watch32.ws
poster Stardust. Sumber: watch32.ws
Stardust atau Serbuk Bintang merupakan film yang tidak didasarkan oleh dongeng lama yang sering muncul di buku cerita anak. Film ini diangkat dari buku fantasi dewasa karya Neil Gaiman yang berjudul sama. Sejak rilis pada 10 Agustus 2007, film ini telah meraih penghargaan sebagai Best Sci-fi/ Fantasy di ajang Empire Awards 2008, dan beberapa penghargaan lainnya.

Plot

Kisah ini bercerita tentang Thristan Thorne yang tengah jatuh cinta pada wanita tercantik di desanya---Victoria. Saat itu mereka melihat sebuah bintang jatuh, dan Victoria berjanji akan menikah dengan Thristan apabila ia dapat membawakannya bintang jatuh itu sebagai hadiah ulang tahunnya.

Bintang itu ternyata jatuh di luar batas desanya yang dikelilingi oleh sebuah tembok. Sayangnya, mitos berkembang bertahun-tahun dan menyatakan bahwa tidak ada satupun yang boleh melalui tembok itu. Thristan pun tidak. Ia akhirnya pulang ke rumah dan mendapatkan sebuah fakta bahwa ibunya ternyata merupakan wanita yang berasal dari luar tembok. Ibunya memberi sebuah lilin ajaib yang dapat mengantarkan Thristan padanya. Namun alih-alih bertemu dengan ibunya, Thristan justru tiba di kawah yang merupakan tempat di mana bintang itu jatuh.

Thristan menyadari bahwa bintang itu tidak berwujud bintang, melainkan seorang wanita! Ia akhirnya membawa Yvaine (si bintang) untuk dipersembahkan kepada Victoria. Namun, ia bukan satu-satunya orang yang mengharapkan bintang jatuh. Dalam perjalanannya, Thirstan berhadapan dengan seorang penyihir yang tengah berusaha untuk mencari sesuatu agar ia tetap muda. Thirstan juga bertemu calon raja Stormhold yang sedang berkelana untuk mencari sebuah kalung rubi untuk mendapatkan tahta. Pada akhirnya mereka bertemu dan mendaratkan keinginan pada hal yang sama: si bintang jatuh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun