Mohon tunggu...
Tutut Setyorinie
Tutut Setyorinie Mohon Tunggu... Lainnya - Pegiat Lingkungan

Warga Bekasi. Bermukim dekat TPST Bantar Gebang. Sedang belajar mengurangi sampah dengan 𝒎𝒆𝒏𝒈𝒐𝒎𝒑𝒐𝒔 dan 𝒅𝒊𝒆𝒕 𝒑𝒍𝒂𝒔𝒕𝒊𝒌. Yuk, bareng!

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Migrasi ke Mars, Sudah Tak Layakkah Bumi?

26 April 2017   08:10 Diperbarui: 26 April 2017   21:00 807
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hari bumi yang diperingati setiap tanggal 22 April tampak tidak semeriah peringatan tahun baru atau hari kartini.  Bumi yang telah memasuki usia uzur masih saja belum mendapat perhatian dari para anak, cucu, dan cicitnya. Mereka masih saja suka menebangi hutan, mengeruk emas, menyumbat anak sungai, hingga meledakan bom di lautan demi tercapainya hasil tangkapan. Sedangkan Bumi berjuang mati-matian mengembalikan sinar ultraviolet, bertahan di jarak 150 juta km dari matahari, dan menyediakan udara yang ideal untuk membuat manusia tetap hidup.

Kemunculan Mars One—misi pengiriman manusia pertama ke planet Mars—yang diperkenalkan ke publik pada Mei 2012 lalu justru menimbulkan pertanyaan lama di benak saya,

“Sudah tak layakkah Bumi untuk ditinggali?”

Misi “Siap Mati” Yang Paling Diminati

Mars One adalah sebuah misi yang bertujuan untuk membangun pemukiman manusia permanen di planet Mars. Proyek yang didirikan pada tahun 2011 oleh Bas Lansdorp dan Arno Wielders tidak hanya bertujuan untuk sekedar berkunjung ke Mars, melainkan untuk bertahan hidup, mengeksplorasi dan menciptakan rumah kedua bagi umat manusia.

Para astronom tidak menyangkal bahwa Mars merupakan satu-satunya planet yang potensial untuk menjadi rumah kedua manusia. Tetapi penelitian yang dilakukan terhadap planet merah tersebut dirasa masih cukup dini dan belum cukup matang untuk menyebut bahwa manusia aman untuk tinggal disana. Sehingga tidak berlebihan rasanya untuk menyebut misi Mars One sebagai misi "Siap Mati."

Mars One yang membuka pendaftaran pada 22 April 2013 lalu sudah berhasil menarik 202.586 sukarelawan dari 140 negara. Selanjutnya para pendaftar wajib mengikuti empat tahap penyeleksian hingga tersisa tiga puluh orang yang kemudian akan menjalani wawancara kesesuaian oleh Mars Settler. Pengiriman manusia ke planet merah ini akan direncanakan terlaksana pada tahun 2025 dengan empat orang pertama yang kemudian berlanjut setiap 26 bulan sekali.

 

Potensial Namun Tidak Layak

Mars memang merupakan planet yang potensial untuk ditinggali, namun bukan berarti ia memenuhi standar kelayakan. Dilihat dari empat unsur kehidupan manusia yaitu udara, air, tanah, dan cahaya matahari, tidak ada satupun yang Mars miliki mendekati dengan Bumi.

Atmosfer Mars terdiri dari 95% karbon dioksida, 3% nitrogen dengan oksigen kurang dari 0.4%. Sedangkan manusia membutuhkan nitrogen 78% dan oksigen 21% untuk dapat bernapas secara normal. Keberadaan air di Mars juga masih sebatas tetesan dan garis gelap yang diduga pernah dialiri air atau Recurring Slope Linea. Perubahan cuaca yang ekstrem dan badai debu yang sering terjadi di Mars juga merupakan salah satu faktor bahwa planet itu belum dapat dikatakan layak untuk dijadikan tempat tinggal.

Bumi bukan untuk Dirusak dan Ditinggalkan, melainkan untuk Dilindungi dan Dilestarikan.

Kehadiran Mars One dan ekspedisi pencarian planet laik huni lainnya tidak memberi arti bahwa bumi ditakdirkan untuk digali, dihancurkan dan ditinggalkan. Bumi tetaplah satu-satunya tempat tinggal kita yang layak dan pantas untuk dijadikan tempat tinggal.  Maka dari itu lindungi dan lestarikan bumi sepenuh hati. Kita bisa melakukannya dengan berbagai cara, diantaranya adalah:

1. Sebarkan Pesan  “Lindungi Bumi” 

Langkah awal yang cukup sederhana untuk menyelamatkan bumi adalah dengan menebar pesan untuk melindungi bumi. Kita bisa memanfaatkan media sosial yang kehadirannya begitu dekat dengan masyarakat modern. Tidak perlu menunggu hari bumi untuk menebar pesan untuk melindungi bumi, kita bisa melakukannya kapanpun dan dimanapun. Walau tidak akan berdampak langsung pada aksi nyata, setidaknya lewat penyebaran pesan akan menularkan semangat positif untuk mencintai bumi.

2. Lakukan Aksi Nyata 

Setelah penyebaran pesan, kita bisa melanjutkan langkah kita dengan aksi nyata. Murid sekolah merupakan target yang pas untuk diajarkan secara langsung tentang bagaimana cara melindungi bumi. Kita bisa mengajak mereka untuk ikut bergabung dalam penanaman 1000 pohon, pelindungan hewan dan habitatnya, daur ulang sampah, dan lainnya.

3. Jadikan Kebiasaan 

Melindungi bumi bukanlah event tahunan yang dilakukan setiap tanggal 22 April. Melindungi bumi merupakan event harian yang harus dilakukan setiap penghuninya. Semisal di hari bumi kita melakukan penanaman 1000 pohon maka di lain hari kita merawat pohon tersebut, bukan membiarkannya mati dan menanam kembali ketika tiba hari bumi.

Bumi adalah planet indah yang menjadi rumah kita bersama. Kalau bukan kita yang menjaganya, siapa lagi? Dan kalau bukan dari sekarang kita merawatnya, kapan lagi? Jangan menunggu hingga planet indah ini terlanjur rusak dan satu-satunya hal yang bisa kita lakukan adalah duduk diam menyesalinya. So, let’s take action from now.

Save Earth. Save Our Life.



Tutut Setyorinie, 25 April 2017.

                                                                                                                                                                  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun