Tak terasa sudah hampir seratus tahun bung, kita merdeka.
Tapi sayangnya kita masih menutup mata.
Sibuk dengan urusan pekerjaan yang tak ada habisnya.
Pura-pura buta ketika melihat permasalahan bangsa yang merajalela.
Kemiskinan. Kelaparan. Sempitnya lapangan pekerjaan.
Tak terasa sudah hampir seabad bung, kita merdeka.
Tapi sayangnya kita masih menutup telinga.
Dan sibuk dengan kepentingan yang membuat diri kita berkuasa
Pura-pura tuli ketika mendengar morat-maritnya tingkah remaja—generasi penerus bangsa
Narkoba. Seks bebas. Hingga tawuran antar sekolah.
Tak terasa sudah hampir sepuluh dekade bung, kita merdeka.
Tapi sayangnya kita masih memalingkan wajah.
Lalu sibuk menghitung pundi-pundi rupiah.
Pura-pura tak tahu ketika mendengar bencana alam dan non alam memperondakan nusantara.
Banjir bandang. Ledakan gas. Tanah longsor. Hingga kebakaran hutan.
Tak terasa sudah hampir sekurun bung, kita merdeka.
Sudah saatnya kita membuka mata, hati, dan telinga pada permasalahan bangsa.
Sudah saatnya kita menegakkan wajah dan dan acuh terhadap generasi penerus bangsa.
Dan sudah saatnya kita saling berbagi, peduli, dan membenahi bumi pertiwi.
Agar ketika sang Saka berkibar tepat di satu kurun nanti.
Ia bisa benar-benar merdeka dari persoalan yang mengungkungnya kini.
Di bawah sang saka merah putih, 17 Agustus 2016
Karya ini diikutsertakan dalam rangka mengikuti Event Bulan Kemerdekaan RTC.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H