Mohon tunggu...
Tutut Laraswati
Tutut Laraswati Mohon Tunggu... -

Lahir untuk menulis [] Berdusta untuk bercerita [] Penggila buku [] twitter @tutsky_ [] rumahnya: tututlaraswati03.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Balada Bangku Usang

11 Juli 2015   22:37 Diperbarui: 11 Juli 2015   22:37 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Hari kedua penelitianku, kudatangi bangku itu. Sekarang seorang perempuan paruh baya yang duduk di sana. Kali ini, wajahnya nampak tertekan. Seperti habis mabuk.

"Bu, ngapain duduk di sini."

"Nak, Nak, Nak. Kamu itu dulu pernah terlihat di depan mulut paus."

Perempuan tua aneh. Dia seperti habis menenggak puluhan botol bir. Salah sambung ketika diajak bicara.

Aku termenung. Apakah mungkin orang-orang itu selama ini benar? Aku meremas jemariku sendiri. Aneh, batinku.

Kali ini kuberanikan diriku. Aku tak mau kalah pada mitos yang belum jelas kebenarannya. Senja yang bodoh itu memutuskanku untuk duduk di sana. Aku tak merasakan apapun. Bangku itu tak ubahnya bangku seperti biasa.

Seorang kakek berkacata tebal mendatangiku.
"Cu, ngapain duduk di situ?"

Aku terhenyak. Kupandangi kakek itu penuh keanehan.

"Aku hanya ingin duduk Kek." kataku.

"Kamu masih muda, Nak. Jangan duduk di situ. Masih banyak yang bisa kamu lakukan di luar sana. Cukup kakek saja yang sedang ditimpa kemalangan."

Mendengar pernyataan kakek itu, kini aku mengerti alasan bangku ini menjadi begitu menjijikkan. Pemuda itu, perempuan paruh baya itu, kakek malang itu menjawab semuanya. Bangku usang itu hanya diperuntukkan bagi orang yang depresi. Teramat frustasi hingga hanya butuh tempat untuk sendiri. Aku punya asumsi, semakin banyak orang yang duduk di sana, maka sudah kupastikan, dunia ini sudah menjadi alasan orang-orang phobia menghadapi hidup.

Aku termenung. Baru saja aku duduk di bangku usang itu.

2015.05.29
01.01 pm

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun