Sekitar tahun 1746-an, kentang menjadi bahan baku untuk pembuatan brnnvin (aquavit) pertama kali di Swedia. Saat itu, orang Swedia tidak memakan kentang tetapi hanya roti dan gandum. Mereka belum terpikir untuk menjadikan kentang sebagai sumber karbohidrat utama. Â Kentang hanya menjadi alternatif bahan baku pembuatan brnnvin karena harganya lebih murah dibandingkan gandum (grain). Karena kebutuhan brnnvin meningkat, kentang adalah alternatif terbaik mengingat sebelumnya brnnvin hanya dibuat dari gandum (grain).Â
Kebutuhan meminum brnnvin mencapai 46 liter per tahun di pertengahan tahun 1800-an seiring dengan pertambahan jumlah penduduk Swedia. Dan, pada tahun 1850, beberapa orang pekerja tambang asal Falun mendirikan semacam koperasi dimana keuntungan dari penjualan brnnvin itu diberikan kepada masyarakat. Para pendiri koperasi brnnvin asal Falun itu sadar akan dampak meminum brnnvin berlebihan, tentu tidak baik untuk kesehatan si peminum dan lingkungan. Inilah konsep dasar bisnis Systembolaget.
Lalu, pada tahun 1865, pemerintah kota Gothenburg (Gteborg) menerapkan ide koperasi brnnvinn asal Falun itu dengan mendirikan koperasi sejenis bernama Gteborgssystemet. Dengan demikian, seluruh penjualan brnvinn di kawasan Gteborg diambil alih oleh pemerintah kota Gteborg. Ketentuan saat itu, produk brnnvin hanya dijual untuk yang berusia di atas 18 tahun dan harus diminum di tempat disertai sajian kudapan hangat.
Kemudian, model Gteborgssytemet ini diterapkan oleh banyak pemerintah kota di Swedia. Akhirnya, pada tahun 1870, pemerintah kerajaan Swedia memutuskan seluruh keuntungan penjualan dari setiap systemet itu harus diserahkan ke negara. Dan, pada tahun 1905, seluruh produk brnnvin dijual ke Pemerintah untuk dikontrol produksi dan peredarannya. Konsep dan nama Systemblaget pun diakuisisi Pemerintah Swedia. Namun, Systembolaget sebagai peritel supermarket minuman keras moderen yang kepemilikannya 100% oleh Pemerintah Swedia itu baru sejak tahun 1955 sampai sekarang.
Lalu, sudah rahasia umum, harga jual miras di Swedia itu bisa 2 -- 3 kali lebih tinggi dibandingkan harga jual miras di negara Uni Eropa lainnya. Pajak yang diterapkan di penjualan miras ini bisa sekitar 50%. Jadi, buat yang kantongnya pas-pasan, bakal mikir dua kali untuk sering-sering beli miras. Namun, juga bukan rahasia lagi, jika pelesiran naik kapal pesiar ke Estonia atau Riga itu adalah dalih berbelanja minuman beralkohol sebanyak-banyaknya. Mumpung harga jual di kedua negara tersebut murah. Bisa hampir setengah lebih murah dari harga jual di Systembolaget. Tidak heran, jika terlihat pemandangan orang-orang Swedia menggeret koper-kopernya atau tas-tas cukup besar yang berisi botol-botol alkohol. Kebayangkan? Jika hampir sebagian besar penumpang kapal pesiar itu bertujuan hanya berbelanja minuman beralkohol. Banyak-banyak doa saja jika berpesiar ke dua negara tetangga tersebut. Bukan apa-apa, maklum minuman beralkohol itu benda yang mudah terbakar selain mampu bikin orang 'hangover'.
Demikianlah sepintas bagaimana pengelolaan dan peredaran minuman keras di Swedia. Semuanya berada di tangan Systembolaget.Â
(Text: Tutut Handayani, diolah dari berbagai sumber).
Tulisan ini juga diterbitkan di laman blog pribadi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H