Mohon tunggu...
S Aji
S Aji Mohon Tunggu... Lainnya - Story Collector

- dalam ringkas ingatan, tulisan tumbuh mengabadikan -

Selanjutnya

Tutup

Parenting Artikel Utama

Menimbang-nimbang Sharenting dan Ilusi Kebahagiaan Ortu Kekinian

29 Januari 2025   11:09 Diperbarui: 29 Januari 2025   19:45 271
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setiap anak adalah anugerah dan menjadi orangtua adalah pengabdian panjang. Akan tetapi tidak setiap orang dewasa bisa menyediakan dirinya untuk mengabdi yang panjang.

Ada banyak orang dewasa, mungkin saja ada saya di dalamnya, yang belum patut menjadi orangtua. Sementara di saat yang sama, menjadi orang dewasa saja adalah kerumitan yang butuh pertarungan panjang.

Orang-orang dewasa oleh pasar didefinisikan dalam sumber daya produktif, tenaga kerja, penopang mesin pertumbuhan ekonomi. Oleh politik kenegaraan, dirumuskan sebagai pemilih (voters). Oleh kebudayaan, sebagai agen-agen penerus tradisi dan nilai-nilai luhur bangsa. Dan oleh Perguruan Tinggi, didefinisikan sebagai angkatan terdidik yang akan membawa negeri ke gerbang masa depan cerah.

Di sisi ini, tidakkah menjadi orang dewasa sejatinya sedang menjalani ukuran-ukuran yang sudah didefinisikan dari luar, dari sejak masih anak-anak?

Situasi demikian seolah-olah mengingatkan pada kritik aliran Frankfurt di tahun-tahun Fasisme menggerayangi Eropa. 

Masyarakat hari ini hidup dalam ketersediaan pilihan yang sudah ditentukan. Mereka memilih pemimpin politik yang sudah diskenariokan oleh sistem, mereka memilih sekolah yang sudah ditentukan oleh pasar kerja, bahkan mereka memilih selera oleh parameter yang sudah dirancang.

Ironisnya, masyarakat yang seperti ini muncul karena menolak-melawan dikte otoritas di luar dirinya. Semisal yang diproduksi institusi agama atau oleh kelindan kepercayaan terhadap mitos-mitos para Dewa. Masyarakat semacam ini dilahirkan dari perluasan rasionalitas sebagai perlambang dari daulat manusia di dalam spirit pencerahan.

Kurang lebihnya, ini yang disebut sebagai Dilema Usaha Manusia Rasional dalam kritik Max Horkheimer (14 Februari 1895 -7 Juli 1973) yang dibahas oleh Sindhunata. 

Manusia dalam jebakan "Dialektika Pencerahan".

Kini, boro-boro membicarakan kebebasan yang otentik, membebaskan diri dari proyek rasionalisasi yang menghancurkan kemanusiaannya saja sudah buntu di mana-mana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun