Mohon tunggu...
S Aji
S Aji Mohon Tunggu... Lainnya - Story Collector

- dalam ringkas ingatan, tulisan tumbuh mengabadikan -

Selanjutnya

Tutup

Puisi Artikel Utama

Tamasya Masa Kecil Ibu

22 Desember 2024   18:14 Diperbarui: 26 Desember 2024   12:49 218
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

hanya ibu yang paling
memahami bagaimana kasih
mengeraskan tekad anak-anaknya
ketika mereka tua atau dunia sakit-sakitan

***
kemarin dia pulang ke rumah ibu,
membawa sepanjang tahun yang lusuh
dia malu, tapi, ia tak kuat menunda rindu.

ibunya membasuh kepalanya lalu mengambil satu-satu
semua gundah yang tumbuh menjadi rambut putih di situ

"tahun-tahun nanti masih akan kelabu, ibu..."

ibunya tidak banyak bicara, selalu suka tersenyum
kepada hari-hari dimana mereka tidak punya apa-apa lagi,
seperti sekarang ini, atau seminggu yang suram,
atau ketika bapak masih duduk di kursinya yang sendu

ibu membawa sepiring sambal, kerupuk kulit
dan segelas manis teh hangat

"bertamasyalah dulu ke masa kecilmu, anakku.
sabarlah saja di dunia. menjadi dewasa tidak boleh
melemparmu ke dalam pikun."

***
pagi ini, 22 Des
dia memandang foto ibunya tersenyum---
hitam, putih, dan menguning dikikis waktu

senyum ibu selalu mengerti
cara membesuk hati anak-anak
dari dunia yang sakit, dan hidup yang sepi
atau nasib yang diperkosa negara berkali-kali

hanya ibu yang mengatasi waktu,
melebur segala yang sesak dan amuk

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun