21 Desember, sebuah pertemuan baru saja ditinggalkan. Kecil saja namun dengan energi yang masih meluap-luap, Fight Againts Inequality.Â
Jogja baru usai gerimis. Dengan helm yang sponsnya basah, saya melaju dari Kampung Media di Sleman menuju Stasiun Tugu. Sabtu sore, Malioboro ramai sekali.
"Bisa gak pakai helm, Pak?"
"Gak bisa, kita melewati (jalan utama) kota."
"Helmnya basah, agak bau."
"Lha, iya..."
Berakhir begitu saja, tak ada solusi.Â
Tiba di tujuan, saya terus duduk di kafe Loko, memesan es kopi gula aren dan menatap keramaian dari balik deretan huruf yang menulis Yogyakarta. Ke Gramedia, di lantai dasar sebuah plaza sepertinya menarik dari pada menunggu jam keberangkatan kereta bandara dengan menatap layar gawai.
15 menit kemudian, saya sudah menyusuri koridor Malioboro, memasuki sebuah plaza, melesap ke lantai dasar.Â
Tidak banyak yang bisa dicari di Gramedia yang kecil ini. Kecuali sebuah novel berjudul Anxious People, karya Fredrik Backman.Â
Seketika saya teringat kerumunan di sepanjang jalan Malioboro--dari mana saja mereka, apa yang tidak menarik di tempat asalnya, apakah mereka orang-orang yang cemas?