Mohon tunggu...
S Aji
S Aji Mohon Tunggu... Lainnya - Story Collector

- dalam ringkas ingatan, tulisan tumbuh mengabadikan -

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

"Kabut Berduri" dalam Kompleksitasnya

6 Agustus 2024   08:20 Diperbarui: 6 Agustus 2024   08:39 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sinopsis. Kabut Berduri berdurasi tayang sekitar 1 jam 51 menit. Berfokus pada usaha seorang detektif yang dikirim dari pusat untuk memecahkan serentetan kasus pembunuhan misterius.  

Kasus pembunuhan tersebut terjadi di wilayah perbatasan dua negara serumpun, Malaysia dan Indonesia di Kalimantan Barat.

Lanskap kehidupan di sana, selain oleh tutupan monokultur perkebunan sawit, sisa tutupan hutan yang terdegradasi, akses jalan tanah dan karang, lalu sungai dengan permukaan air yang sesekali tenang, tampak menghitam karena tanah gambut di dasarnya. 

Semua tampak sederhana, tenang sekaligus misterius. Namun kita bisa merasakan hidup yang gelisah di sini. 

Ada yang tumbuh dalam ketegangan yang sewaktu-waktu bisa meledak. Demikian juga yang dialami Sanja Arunika sejak di hari pertama. 

Ketegangan yang tidak biasa, sebab kompleksitas yang membentuk ketegangan tersebut terikat pada hubungan-hubungan konfliktual yang berkelindan rumit dengan perselingkuhan dan persaingan kuasa lokal. 

Kondisi semacam ini pada akhirnya menyamarkan aktor kejahatan sesungguhnya, seringkali tak terbaca di permukaan. Sanja datang untuk mengungkap yang samar itu.

Pertanyaan kemudian, apa yang menjadi daya tarik utama dari Kabut Berduri? 

Saya merasa dua hal dapat menjelaskan daya tarik tersebut. 

Pertama, lanskap Kalimantan yang fragmentatif. Lanskap semacam ini dibentuk oleh dominasi perkebunan sawit yang menghilangkan tutupan hutan primer. Saat bersamaan, di pinggiran perkebunan, hidup masyarakat Dayak yang sederhana dalam rumah panjang dengan kekerabatan yang masih kuat. 

Lanskap yang retak semacam ini mengingatkan kepada hidup sehari-hari masyarakat Dayak Ngaju pinggiran sungai dan hutan di Daerah Aliran Sungai (DAS) Katingan, Kalimantan Tengah. Seperti yang pernah saya abadikan pada tulisan berjudul Suatu Hari di Tampelas (05/12/2020).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun