Mohon tunggu...
S Aji
S Aji Mohon Tunggu... Lainnya - Story Collector

- dalam ringkas ingatan, tulisan tumbuh mengabadikan -

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Jamaah Kampung dan Pengurus(an) Tambang

8 Juni 2024   11:25 Diperbarui: 20 Juni 2024   08:23 889
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dari Lamandau...

Pada suatu ketika, di masa ketika SBY akan jadi presiden, saya diberikan penugasan. 

Saya disuruh pergi ke Kabupaten Lamandau, di Kalimantan Tengah yang belum pernah saya kunjungi. Kabupaten ini memiliki luas wilayah sekitar 6.414,00 km serta merupakan pemekaran dari Kabupaten Kotawaringin Barat di tahun 2002. 

Perjalanan darat dari Palangkaraya ke Lamandau menghabiskan waktu sekitar 11 jam dan jarak tempuh sejauh 517,6 kilometer. Perjalanan yang seringkali melintasi konsesi perkebunan sawit dengan bis berukuran sedang. Saya berangkat siang hari dan tiba besok paginya.

Ketika datang ke sini, di tahun 2004 itu, saya merupakan bagian dari jejaring yang bekerjasama dengan Badan Pengawas Pemilihan Umum (Bawaslu) untuk memantau Pemilihan Presiden. Tugasnya pun gampang-gampang susah. 

Saya hanya perlu berkoordinasi dengan Bawaslu setempat untuk mengumpulkan data dan melaporkannya ke Jakarta. Semacam pengawasan akan laporan kecurangan real-time. Jadi, ketimbang tugasnya, saya jauh lebih peduli dengan pengalaman ke daerah baru dan duitnya, tentu saja.

Satu hal yang memudahkan tugas ini menjadi lebih cepat karena saya dibantu oleh jejaring jamaah Nahdlatul Ulama (NU) yang menetap di sini. 

Ada seorang pemuda yang menjemput saya, mengantar ke penginapan, dan menemani ke sekretariat Bawaslu. Ia dulunya sekolah di Pulau Jawa dan kini bekerja di Lamandau. 

Oleh anak muda ini, saya dihantar ke sesepuh NU yang sehari-hari mengurusi organisasi (jamiyah) dan jamaah. Seorang tua, guru sekaligus petani yang sedang melewati usia 50-an. Seorang tua yang mewakili apa yang disebut sebagai jelata sehari-hari.

Kunjungan kepada pada sesepuh ini adalah adab, bukan saja karena untuk menghormati mereka yang lebih tua atau dituakan. Namun lebih dari ini, sekaligus juga, ia mewariskan hubungan yang dipelihara oleh penghormatan dan solidaritas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun