Mohon tunggu...
S Aji
S Aji Mohon Tunggu... Lainnya - Story Collector

- dalam ringkas ingatan, tulisan tumbuh mengabadikan -

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Pemecatan Allegri adalah Sejenis Skandal

18 Mei 2024   10:03 Diperbarui: 18 Mei 2024   12:03 337
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Aksi kesal Allegri yang melempar dasinya di Final Coppa Italia 2023/2024 | Football Italia 

Petinggi klub mengakhiri proyek ini dengan secara mengejutkan memilih Andrea Pirlo yang mulanya diproyeksikan melatih tim junior. Pirlo pun tak bertahan lama, cukup semusim dengan kesuksesan menjadi juara Coppa Italia 2020/2021. Final itu lagi-lagi dengan mengalahkan Atalanta.

Pirlo sempat menjanjikan sepakbola dominan dan ofensif di konferensi pertamanya sebagai suksesor Sarri. 

Akan tetapi sepakbola yang semacam ini tidak realistis, sekurangnya tidak konsisten bagi musim dimana Napoli, Inter, Milan tetap memilih sepakbola ofensif. 

Makanya, ketika berhadapan dengan tim yang memiliki DNA ofensif lebih kuat, Pirlo kembali memainkan sistem yang defensif dan ditunjang keberadaan duo gaek Chiellini dan Bonucci. 

Selebihnya, sesudah dua tahun ini, apa yang terjadi? Petinggi klub akhirnya kembali pada cara bermain Allegri, tak ada lain. 

Kepulangannya untuk periode yang kedua disebut-sebut sebagai pilihan yang paling relevan. Orang ini dianggap paling tahu kondisi ruang ganti Juventus, memahami mentalitas dan nilai-nilai, serta mewakili sebuah era yang dominan dan stabil.

Akan tetapi dari riwayat 4 tahun ini, kita bisa berpandangan berbeda dengan klaim para petinggi. 

Di satu sisi, keputusan back-to-allegri menunjukan jika petinggi klub tidak percaya diri dengan keputusan untuk mentransformasi filosofi defensif. Mereka seperti tidak memiliki peta jalan yang jelas, terukur dan berani menempuh resiko sebagai bagian wajar dari turbulensi khas transisi. 

Di sisi yang lain, dua musim terakhir Allegri justru menegaskan jika sepakbolanya yang membosankan bersama skuad yang dipenuhi anak-anak muda produk sendiri cukup bisa bertahan di level tertinggi Serie A. 

Juve memang tidak juara di dua musim terakhir namun kondisi inferior ini tidaklah seburuk era sebelum Conte, era sesudah kembali dari Serie B. Toh, ia masih mampu memberi gelar. 

Ditambah lagi, tinggal tersisa dua pertandingan, salah satunya menghadapi Bologna yang secara mengejutkan mampu berada di atas peringkat Juventus. Dan Mister Allegri harus disingkirkan demi alasan etis yang lebih mewakili puncak dari disharmoni di dalam klub. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun