Mohon tunggu...
S Aji
S Aji Mohon Tunggu... Lainnya - Story Collector

- dalam ringkas ingatan, tulisan tumbuh mengabadikan -

Selanjutnya

Tutup

Book Artikel Utama

Menulis Buku dan Mencintai Papua

31 Maret 2024   13:04 Diperbarui: 1 April 2024   11:33 472
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketiga bentang alam dimaksud adalah kawasan Pegunungan Arfak, kawasan Sorong Selatan dan Pesisir Raja Ampat. Ketiganya merupakan wilayah utama dimana Bentara Papua melakukan pengorganisasian komunitas, asesmen daya dukung ekologi, krisis dan keberadaan masyarakat adat, potensi sumberdaya alam dan hingga membangun stasiun riset yang menjadi pusat belajar bersama dan pengembangan komoditas tempatan dalam beberapa tahun terakhir. 

Saya tidak pernah menginjakkan kaki di dataran tinggi Anggi, di pinggiran danaunya yang tenang dan mistis. Saya bahkan tidak pernah membaca apapun tentang masyarakat adat di Pegungan Arfak. 

Sebab itu juga bagi saya yang lahir di sebuah kota pesisir bernama Serui, proses mengerjakan buku ini adalah kembali pada kebersahajaan masyarakat suku/adat dan bentang alam Papua.

Saya akhirnya membaca buku Ekologi Papua (yang penyusunanya melibatkan sekitar 76 penulis) dan bertemu dengan konsep konservasi yang berbasis kearifan lokal. Konsep tersebut dikenal dengan prinsip Igya Ser Hanjop yang turun temurun ditradisikan masyarakat suku Hatam; salah satu suku yang mendiami kawasan Pegunungan Arfak. 

Selain ini, saya juga diharuskan membaca laporan-laporan penelitian mutakhir yang lebih pendek dan makalah-makalah yang sudah terbit di tahun-tahun yang lampau.

Di tengah proses itu, saya menikmati udara dingin di ketinggian 2000-an mdpl, mencecap citarasa kopi Arabika dari pinggiran Danau Anggi Laki-laki yang bibitnya dibawa oleh para evangelis di sekitaran tahun 1980-an. Juga menikmati sayuran segar, seperti sawi, wortel dan kentang yang merupakan sumber pertanian utama masyarakat di sini. 

Saya belajar dan takjub. 

Bagian isi buku yang bercerita wilayah Pegunungan Arfak | Dok: S Aji
Bagian isi buku yang bercerita wilayah Pegunungan Arfak | Dok: S Aji

Sesudah dua minggu di Pegunungan Arfak, saya melakukan perjalanan ke Teminabuan, Sorong Selatan. Saya mengunjungi wilayah adat dari masyarakat adat Knasaimos. 

Knasaimos dapat dimaknai sebagai konfederasi adat yang bertahun-bertahun berjuang melawan pembalakan liar, kebijakan transmigrasi sepihak dan rencana ekspansi perkebunan sawit. Dalam perlawanan menjaga tegaknya hak-hak dan wilayah adat, masyarakat Knasaimos berjejaring dengan NGO seperti Greenpeace, Telapak dan Bentara Papua. 

Selama kunjungan lapangan ini, saya menetap di Kampung Manggroholo dan Kampung Sira; dua kampung bersaudara yang pertama kali mendapat ijin Perhutanan Sosial di Papua Barat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun