Mohon tunggu...
S Aji
S Aji Mohon Tunggu... Lainnya - Story Collector

- dalam ringkas ingatan, tulisan tumbuh mengabadikan -

Selanjutnya

Tutup

Puisi Artikel Utama

Sepulang Gerimis

1 Maret 2024   15:43 Diperbarui: 9 Maret 2024   19:53 430
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Salah satu sudut Kota Bandung seusai hujan | Dok: S Aji

Dan gang sempit panjang

nanti, pada setiap belokan
kita bakalan saling berimpitan,
jelatamu, jelataku-nasib semua yang berantakan.

terus di bagian penghujung,
gerimis menatapmu dari balik wajah mendung

sejujurnya ia tidak mencari siapa-siapa;
tidak mungkin ke mana-mana

ia, bisa jadi, seperti waktu,
selalu datang ke situ
tapi enggan menunggu.
enggan membiru, tidak (untuk) berubah batu

tak ada senja di antara gerimis,
kecuali sepanjang bosan
dan setiap tikungan,
(menjadi) hati-hati seperti hidup dalam temaram

(atau: ketika kata-kata tumpah dari dendam)

sepulang gerimis,
tidak (ada) perayaan untuk tetap tenang,
pelan-pelan dan melupakan
sepanjang hari yang membosankan


- 0 -

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun