Mohon tunggu...
S Aji
S Aji Mohon Tunggu... Lainnya - Story Collector

- dalam ringkas ingatan, tulisan tumbuh mengabadikan -

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Minggu Tenang di Bandung

13 Februari 2024   13:05 Diperbarui: 27 Februari 2024   07:43 629
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Halte Bus dan jalanan yang masih sepi di ruas Jalan Diponegoro, Bandung | Foto: S Aji

Bandung memang telah sejak lama, sekurangnya sejak akhir abad ke-19, didesain sebagai kota utama kolonial yang nyaman di Hindia Belanda. Sebagaimana tercermin dalam julukan Paris van Java atau bahkan Paradise in Exile. 

Udara sejuk yang ngangenin masih setia mengikuti ujung hidung dan menempel di kaos basah adalah jejak warisannya.

Sembari berjalan ringan menyusuri trotoar, saya melihat tali rafia yang berjuntaian di batang pepohonan yang berderet mengikuti trotoar. Saya seketika tersadar. Sisa-sisa tali itu adalah pengikat APK para Caleg yang sudah dibersihkan. 

Di antara para Caleg itu adalah si pelantun Laskar Pelangi. Sekaligus mantan ketua Partai Solidaritas Indonesia (PSI) sebelum digantikan Kaesang Pangarep, putra Presiden Joko Widodo. 

Saya terus disadarkan kedua kali. Hari ini adalah minggu yang tenang di seluruh Indonesia. 

Pepohon di sekitar Surapati yang sudah bersih dari APK Caleg | Foto: S Aji
Pepohon di sekitar Surapati yang sudah bersih dari APK Caleg | Foto: S Aji

Minggu yang tenang bagi Pemilu sesungguhnya hanyalah pembatasan administratif dari hiruk pikuk kampanye. 

Karena itu, sangat bisa jadi, ketenangan yang dimaksud hanya berlangsung di permukaan atau pada segala aktivitas yang tampak dan terlarang oleh aturan belaka. 

Di balik itu semua, hidup sehari-hari tidak pernah benar-benar tenang. Lebih persisnya, politik di masa kontestasi maupun paska-kontestasi tidak pernah membuat hidup sehari-hari terbebas dari "kutukan arena untuk survive".

Bahkan ketika hidup tampak tenang, harmonis, dan penuh kasih sayang, manusia tetap harus survive agar tidak memberi ruang bagi perkembangbiakan naluri-naluri subhuman; menjaga ruang hidup tetap beradab.

Ironisnya, kontestasi politik yang berdampak langsung pada nasib kehidupan bersama (karena itu "sentral"), seringkali kehilangan kapasitasnya dalam mengelola terjaganya ruang yang tetap beradab itu. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun