Jam 04.10 WIB. Saya terjaga sebagaimana yang sudah direncanakan.
Sesudah lebih dari sepekan menghabiskan waktu di sekitar Kaliurang, Yogyakarta yang terik, tumbuh kangen yang membesar dengan gigih. Kangen kepada udara Bandung yang relatif sejuk, terutama karena berlari pagi-pagi di sekitar Lapangan Gasibu.Â
Letaknya yang berada di antara Jalan Surapati dan Gedung Sate membuat Gasibu seperti oase di padang pasir. Ia adalah tempat memulihkan diri di tengah deru padat kendaraan, kerja dan keramaian informalitas (penjaja sate, gorengan, minuman kemasan, dll).
Sebab itu, pagi ini adalah waktunya menanggalkan kepenatan.
Waktu baru menunjukan jam 5 lewat 15 menit. Sesudah segalanya siap, termasuk melakukan pemanasan, saya berlari pelan melewati jalanan kompleks di Jalaprang hingga bersua Jalan Surapati.Â
Saya menyusuri jalan ini, melewati Pasar Awug hingga ke kompleks Pusat Dakwah Islam (PUSDAI) Jawa Barat. Setiap pagi, paling tidak sekitar jam 6 hingga 9, pertigaan kecil yang terletak di sekitar sini selalu lebih padat kendaraan.Â
Karena itu, saya memutuskan mengambil jalur kiri. Kemudian meniti ruas Jalan Dipongoro yang agak sepi dan masih remang-remang.Â
Selanjutnya melewati gedung RRI Bandung dan Museum Geologi hingga tiba di depan Gedung Sate. Rute ini boleh disebut sebagai "Sepanjang Jalan Cuanki".Â
Di malam hari, kawasan ini memang ramai dengan penjaja Cuanki yang berjejal sepanjang 1 kilometer.