Roma tak memiliki kemampuan untuk menang. Tak ada spirit yang cukup untuk bangkit dari keterpurukan.Â
Fakta yang lebih konkrit bisa kita periksa dari capaian AS Roma di setengah musim ini. Saya akan menggunakan statistik tim-tim Serie A yang dirilis oleh situs Who Scored.Â
Di daftar klasmen, sesudah menempuh 20 pekan, AS Roma hanya berada di peringkat 9, satu strip di bawah Napoli. Dyabala, dkk hanya bisa 8 kali menang dan 7 kali kalah, sisanya imbang. Poin mereka 29, nyaris 2x lipat dari milik pemuncak klasmen, Inter Milan.
Di daftar tim dengan penguasaan bola, shots per game, akurasi pasing, hingga rating, anak asuh Mourinho tidak meninggalkan jejak sama sekali di 5 besar. Berbeda dengan saudara satu mazhabnya yang diasuh Allegri.Â
Juventus masih bisa tercatat dalam 5 besar shots per game dan mendapat rating 6,74. Sedang AS Roma hanya menitipkan Lukaku di peringkat 6 daftar pencetak gol, catatan yang tidak ada gunanya bagi nasib klub.
Jika kita menengok ke awal musim, AS Roma memang sempat memulai star dengan cara yang kurang pas bagi tim yang berambisi (tentu jika mereka mendefinisikan dirinya sebagai kandidat peraih scudetto).Â
Imbang dengan Salernitana, kalah dari Verona, dan Milan. Tapi mereka meringkus Empoli 7:0, dan kembali kalah dari Genoa sesudah imbang dengan Torino.Â
Lantas menang lagi dari tim yang skuadnya berisi banyak pemain pinjaman dari Juventus, Frosinone. Kalah lagi dari Cagliari, dan menang lagi Monza. Maunya apa sih, Serigala jadi-jadian?Â
Tampaknya Mourinho gagal menjadikan AS Roma konsisten di laga-laga krusial: seharusnya menang melawan pejuang tidak degradasi. So, pertanyaan intinya adalah?
Apakah kejeniusan pelatih yang pernah menjadi rock star di sampul majalah Rolling Stones 2011 sudah berakhir?