Mohon tunggu...
S Aji
S Aji Mohon Tunggu... Lainnya - Story Collector

- dalam ringkas ingatan, tulisan tumbuh mengabadikan -

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

"Extraction 2", Dari Dhaka, Vienna, dan (Kembali) Biasa-biasa Saja

17 Juni 2023   19:13 Diperbarui: 19 Juni 2023   07:15 1374
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Poster film Extraction 2 (2023) | IMdb.com via tribunnews.com

Last but not least, pelengkap dari suasana datar yang terbangun sepanjang adegan pertempuran, drama yang mengikat ruang batin di antara para tokoh turut terasa dangkal. 

Ikatan emosional Davit dan Zurab yang sejak kecil hidup dalam kekerasan jalanan, bagi saya, adalah energi konflik yang menarik walaupun ujung-ujungnya adalah perkara balas dendam belaka. Sayang sekali, konteks ini tidak menjadi poros dalam Extraction 2. 

Kematian Davit malah dikesankan tidak lebih dari kematian yang sepi. 

Sebagai orang nomor dua di Nagazi, kematiannya yang juga mudah itu, nyaris tanpa penghormatan dan radikalisasi kesedihan yang khas kelompok mafia. Sehingga karena absennya dua kondisi ini, situasi politik keamanan Georgia gagal mencekam. Batal terancam anarki, misalnya.

Satu adegan emosional yang barangkali sedikit menyelamatkan adalah pertemuan kembali Mia dan Tyler. 

Kesediaan Tyler membebaskan adik iparnya dari perburuan Nagazi dapat dikenali sebagai sejenis kompensasi akan rasa kehilangan dan perasaan bersalah seorang ayah. Tapi bukan di sini titik dramatiknya. 

Momen yang mengharukan atau semata karena perasaan saya yang lebai adalah ketika Mia mengatakan bahwa di saat terakhirnya, sang anak memendam cita-cita ingin menjadi seperti ayahnya. Ayah yang pemberani dan menyelamatkan hidup orang lain. 

Selebihnya, tak ada lagi yang bisa dibicarakan. Durasi 122 menit sekadar menyuguhi penonton dengan brutalitas yang hambar bersama drama yang dangkal; sesuatu yang terasa biasa-biasa saja.

Jadi, mengapa ratingnya bisa setinggi itu? 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun