Mohon tunggu...
S Aji
S Aji Mohon Tunggu... Lainnya - Story Collector

- dalam ringkas ingatan, tulisan tumbuh mengabadikan -

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

Tentang "Fast X", di Batas Repetisi hingga Kegagalan Rekonstruksi

23 Mei 2023   09:09 Diperbarui: 24 Mei 2023   16:57 913
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Latar belakang. Hingga sekuelnya yang ke-8, Fast & Furious disebut telah mengakumulasi keuntungan hingga 72 triliun rupiah atau setara dengan US$5,1 miliar. Keuntungan ini dikumpulkan selama rentang 19 tahun. 

Dalam periode yang seumur anak abege ini, seri ke-7 adalah seri yang paling laris. Mengutip Tempo, Furious 7 (2015) sejauh ini masih menjadi film terlaris yang pernah diproduksi selama sekuel film franchise Fast & Furious ada. Disutradarai oleh James Wan, film ini berhasil mencapai keuntungan fantastis yang mencapai Rp 20 triliun. Pendapatan tersebut ditaksir bernilai 10 kali lipat dari biaya produksi filmnya.

Lantas, bagaimana dengan Fast X, yang merupakan seri ke-10 dan sementara tayang di bioskop dalam negeri?

Perkaranya adalah film Fast X dikabarkan telah menghabiskan biaya produksi mencapai 340 juta dolar AS atau setara Rp 5,05 triliun. Paling mahal dari 9 film sebelumnya.

Situs berita Inews mengatakan bahwa biaya sebesar itu digunakan untuk membayar sederet nama tenar yang terlibat, alih-alih membayar mobil-mobil keren yang digunakan. 

Di Fast X yang disutradarai seorang Perancis, Louis Leterrier, formasi lama yang menjadi identitas utama serupa Vin Diesel, Michelle Rodriguez, Tyrese Gibson, Chris "Ludacris" Bridges, Nathalie Emmanuel, Jordana Brewster, hingga Sung Kang masihlah menjadi poros. 

Ditambah dengan kehadiran Jason Statham, Helen Mirren serta Charlize Theron. Kemudian kini ditambah lagi Scott Eastwood, Daniela Melchior, Alan Ritchson, Rita Moreno. Serta dua nama top, Brie Larson dan Jason Momoa. Tentu saja deretan ini bukanlah nama-nama yang murah. 

Karena itu, Fast X ditantang untuk mencapai target keuntungan sebesar USD 1 miliar atau mencapai Rp14,8 triliun agar tidak merugi. Situs Sindonews menambahkan jika target tersebut dinilai realistis. Pasalnya dalam tiga hari pemutaran saja film tersebut sudah meraup keuntungan sebesar USD 67 juta atau sekitar Rp996,6 miliar.

Padahal film ini dinilai buruk oleh kritikus. Di situs Internet Movie Database, ratingnya 6,4/10. Tapi, kita tahu, apa yang dinilai buruk tidak selalu berkorelasi dengan daya larisnya. Apalagi franchise yang satu ini telah memproduksi dirinya lebih dari dua dekade. 

Pendek kata, ia memiliki basis penggemar yang tidak melulu sibuk dengan parameter para kritikus. 

Sementara itu, catatan pendek ini sekedar berbagi sedikit kesaksian belaka. Sejenis laporan pandangan mata sesudah menghabiskan waktu selama 141 menit di depan layar bioskop XXI. 

Karakterisitik yang bertahan (atau usang?)

Selain tetap menampilkan aksi kebut-kebutan dan pertarungan di jalan yang seringkali di luar nurul, tak tercerna fikri, Fast & Furios adalah kisah kepemimpinan seorang Dominic Toretto yang sangat mencintai anggota keluarganya. 

Langit boleh runtuh, bumi boleh terbelah, suara Tan Malaka boleh lebih keras dari dalam kubur. Tapi jangan pernah menyentuh keluarga Dominic Toretto. Terlebih, kini anaknya dari seorang polisi Brasil yang diberi nama Little B, sudah mulai memasuki usia remaja.

Setidaknya, usia Little B mendekat 12 tahun. Itu artinya selama satu dekade, keluarga Dominic Toretto hidup dalam kedamaian. Tapi sang pemimpin geng ini tidak sedikitpun terlihat menua, termasuk Letty Ortiz yang tetap saja penuh gairah.

Demikian juga Roman Pearce, Tej Parker, Ramsey, si hacker yang manis, dan Han Lue. Mungkin yang terlihat sedikit kurusan adalah Mia Toretto. 

Waktu berjalan, generasi berganti namun kumpulan yang hangat ini tetaplah mereka yang selalu siap menghantam badai. 

Aksi kebut-kebutan dan pertarungan di jalan kota, dimulai dari Roma yang tenang, masihlah pertunjukan yang paling menyedot ketegangan.

Misalnya, cara Dominic menghalau bom yang menggelinding kencang menuju pusat Vatikan dengan menabrakan mobil ke crane lantas memukul bom seperti bola bilyar adalah sejenis penegasan.

Kemudian aksi berikutnya adalah manakala Dominic menyelamatkan Little B dari kejar-kejaran dengan Dante Reyes. 

Lewat sebuah manuver yang lagi-lagi di luar nurul dan sulit dicerna fikri, si bapak yang gagah perkasa dan nyaris tanpa kepanikan ini berhasil memindahkan Little B ke mobilnya tanpa tergores sedikipun. Sementara sang adik, Jakob Toretto--seorang pemburu elite!--malah kehilangan akal sehat. Jakob memilih meledakan dirinya demi menghancurkan rombongan anak buah Dante Reyes.

Terakhir, cara Dominic Toretto menyelamatkan diri di bendungan dengan sebuah manuver yang lagi-lagi di luar, ah sudahlah, hanyalah penegasan bahwa selama masih ada sosok ini maka kondisi se-ekstrim apapun akan dibereskannya dengan tindakan yang sama ekstrimnya.

Masalahnya adalah sejak Fast & Furious diproduksi, pertunjukan aksi nekad Toretto yang selevel ini sudah pernah ditampilkan. Saya memang tidak bisa menyajikan kesamaan-kesamaan tersebut secara persis dengan seri-seri sebelumnya tapi kesan pengulangan itu terasa sekali. 

Itu artinya, atau dari arah berseberangan, Fast X sejatinya tidak berhasil merekonstruksi musuh yang mampu memaksa keahlian Dominic Toretto, dkk yang belum kita ketahui sejak seri pertama hingga ke sembilan keluar.

Celakanya, menurut saja, untuk franchise yang berjilid-jilid begini, daya tariknya bukanlah bagaimana sang jagoan bertahan dan selalu menang. Tapi bagaimana si penjahat direproduksi dengan jenis karakter dan kualifikasi yang berbeda. Dengan begitu, sang jagoan juga memiliki sisi lain yang mungkin sebelumnya belum tereksplorasi. 

Adakah contoh yang berhasil untuk usaha yang seperti ini? 

Kita tidak perlu menelisik produk Marvel Universe yang ambisius dan entah kapan berhentinya itu. Kita hanya perlu melihat bagaimana Nolan mengerjakan trilogi Batman, yakni Batman Begins, The Dark Knight, The Dark Knight Rises. Trilogi ini membutuhkan waktu 7 tahun, sejak 2005-2012. 

Lihatlah bagaimana Batman berhadapan dengan Rash Al Ghul (yang terorganisir dan terpusat), lalu Joker (yang chaotik dan liar) dan ditutup dengan Bane (yang anti-sistem). Ketiga penjahat tersebut berakar dalam filosofi yang berbeda-beda. Dengan cara begitu, kita menikmati Batman yang pantas.

Tapi bukankah Dante Reyes yang diperankan Jason Mamoa adalah jenis musuh yang berbeda?

Film
Film "Fast X" (2023) | universalpictures.com/movies/fast-x

Dante Reyes atau Rekonstruksi Anti-Dominic yang Gagal (atau Dalam bayang-bayang Joker?)

Dante Reyes yang dikatakan sosiopat ini muncul dari kepingan yang hilang. Yaitu ketika Dominic, dkk berhasil merampok brankas baja raksasa milik bos gembong narkoba di Rio de Jeneiro, Hernan Reyes. Karena itu Dante memiliki penderitaan dan dendam karena kehilangan keluarga. 

Dante Reyes memang sedikit berbeda, tapi bukan karena kualitas yang dibutuhkan sebagai syarat yang menstimulasi Dominic Toretto, dkk terlahir kembali dengan gagasan yang lebih segar. 

Yang membuat Dante berbeda karena kemunculannya yang terlalu cepat, kalau bukan dipaksakan. 

Tiba-tiba saja ia bisa menghancurkan barikade keamanan Cipher (Charlize Theron), seorang teroris-siber yang bukan saja dikelilingi otak yang brilian dan sadis, namun juga dibekali sistem keamanan yang canggih. 

Atau ketika si pewaris dendam keluarga Reyes ini tiba-tiba saja menciptakan bom yang diarahkan ke Vatikan hanya untuk menjadikan Dominic, dkk sebagai teroris paling dicari dunia.

Bom yang seperti itu jelas-jelas mengingatkan kita pada serangan yang sama dalam narasi The Dark Knight Rises. Dan, bukankah gaya Dante Reyes yang nyeleh, yang bermain-main dengan mayat, yang cekikan ketika digebuk tangan besar Dominic adalah tiruan belaka dari lagak seorang Joker di The Dark Knight?

Ada keganjilan dan kegilaan yang coba ditampilkan lewat karakter Dante Reyes, tapi, aksi-aksinya tak sebanding dengan gaya Joker yang tanpa motif. Joker tidak datang membawa dendam keluarga. 

Joker datang karena menciptakan chaos yang total adalah seni dimana warga Gotham dihempas ke hadapan dunia tanpa pola, tanpa perencanaan, bahkan tanpa motif/kehendak. Dunia tanpa pegangan.

Penutup
Mungkin karena deretan kesaksian minor ini, Fast X memang sebatas pengisi kerinduan akan aksi-aksi nekad belaka. Belum lebih dari ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun