Dan, kelima, dunia dokter Alfons, psikolog yang menjadi terapis Tara. Alfons hidup dengan endapan perasaan kehilangan yang tak ada ujung.Â
Di masa lalu, ia pernah mengobati perempuan yang sangat dicintainya. Tapi perempuan itu bunuh diri dan Alfons bertemu Tara yang menjadikan dukanya bergolak kembali. Alfons jatuh cinta kepada Tara, ia melanggar lagi etik profesionalitasnya, dan terjebak dalam perasaan sebagai dokter atau kekasih yang tak dianggap.
Dari dunia yang berupa-rupa ini, apa yang dikerjakan Katarsis untuk menghadirkan pengalaman berbeda menikmati serial hingga 10 episode?
Karena Katarsis mampu mengorganisir pertemuan kelima dunia atau para subyek dengan dunianya yang secara moral bertabrakan dengan yang tertib, yang normal, yang "moral lantas berkembang menjadi panggung dari usaha manusia menyelamatkan cinta kepada hidup (eros) atau justru kehendak kepada kematian (thanatos).Â
Dalam keterbatasan saya, pergulatan seperti ini jelas membutuhkan keberanian untuk masuk pada tema/ide cerita yang jarang-jarang digarap sebagai tontonan komersil. Apalagi, tentu saja, di tengah budaya sinetron yang nyaris tanpa jemu memposisikan konflik kedalam dua kutub belaka. Budaya sinetron di tengah masyarakat yang terlalu religius (?).Â
Katarsis yang disutradarai seorang debutan bernama Randolph Zaini juga berhasil menjaga ritme dan eskalasi. Sehingga penonton tidak terburu-buru tiba pada akhir yang dramatik, vulgar, tapi malah terasa hambar atau dipaksakan.Â
Katarsis cukup sabar menuntun penonton menyelami dunia dalam masing-masing subyek itu, terutama Tara dan Ello. Menyelami momen-momen di mana mereka menjadi karakter yang terus berkembang.Â
FYI, walau berstatus debutan, Randolph Zaini bukanlah sosok sembarangan. Mengutip Wikipedia, film pertamanya, Preman (Silent Fury, 2021) berhasil berhasil terpilih untuk ditayangkan di Festival Film Internasional Seattle 2021 2] dan di Jogja-NETPAC Asian Film Festival dalam program Indonesian Screen Awards pada 30 November 2021.Â
Latar belakang filsafat dan teori film yang dimiliki sang sutradara membuat Kataris memang kental dengan dialog-dialog yang filosofis. Salah satunya dalam diskusi di antara Paula dan Tara di atap rumah sakit sebelum Paula terjun bebas dan berakhir dengan kepala yang pecah.Â
Eksplorasinya terhadap kepribadian yang dibentuk dari kekerasan, trauma dan dendam, serta pembunuhan dan kebutuhan akan rekognisi seperti Ello mengingatkan pada karakter Joe Goldberg di series You yang obsesif,dingin dan sadis. Dengan korbannya wanita-wanita cantik.
Sedang dalam sosok Tara Johandi sendiri, saya diingatkan pada sosok suster Mildred Ratched (pernah dibahas di "Dunia Mildred Ratched": Rasa Sakit, Dendam, dan Perempuan), yang juga mengalami tragedi anak-anak yang diadopsi. Memiliki keluarga tidak selalu berarti memiliki tempat yang menjamin anak-anak tumbuh dengan kasih sayang yang cukup.