Caine yang buta namun mahir menggunakan pistol dan pedang, sedang Killa yang bongsor ternyata memiliki sedikit kungfu yang bisa menciderai. Namun, John Wick sejak edisi awal adalah tekad yang telah mengatasi rasa sakit tubuh.Â
Adapun kehadiran anasir Jepang, lewat Shimazu Koji yang diperankan Hiroyuki Sanada sebagai manager dari Kontinental Tokyo lebih sebagai sebuah lokasi transit dari jaringan pertemanan lama John Wick. Tidak terlalu banyak yang dieksplor dari perjumpaan ini.Â
Sedikit komedi memang coba ditampilkan walaupun rasanya kurang mulus. Tidak seperti yang bisa disaksikan di tengah brutalisme ala Deadpool, misalnya.
Puncaknya adalah lanskap yang melatari adegan terakhir dalam mengiringi kematian John Wick, andai ia benar-benar mati.Â
Adalah fajar yang menyingsing di tengah duel cara kuno lewat adu tembak jarak dekat. Persahabatan lama Caine dan Wick menjadi sumbu yang lebih kuat dari sekadar ketaatan pada perintah High Table. Kekasih Helen yang malang ini akhirnya mencapai kebebasan yang telah diperjuangkannya dengan jejak darah dimana-mana.Â
Kematian yang heroik di hadapan fajar seperti mengisyaratkan era yang baru, atau bakal berlanjut. Walau, bagi saya, adalah lebih baik jika Jhon Wick bersemayam selamanya di Chapter 4. Sebagaimana pendahulunya, Ip Man. Â
Selamat menjalani ibadah puasa, gengs.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI