Tapi artikel ini tidak akan menyoroti keseluruhan pemikiran yang terkandung dalam tujub bab tersebut. Artikel ini hanya mengambil kritiknya yang termuat pada bab pembuka yang berjudul Mengapa Sekolah Harus Dilucuti dari Kemapanannya? Hanya satu saja.
Pemikir kritis yang wafat di tahun 2002 mengatakan jika sentralisme fungsi sekolah di masyarakat adalah bagian dari perkembangan modern. Perkembangan masyarakat modern yang disebut juga dengan "modernised misery" adalah pertanda dari degradasi global yang menyasar tiga aspek dasar, yaitu polusi fisik, polarisasi sosial dan ketidakberdayaan psikologis.Â
Bagi Illich, proses degradasi ini berlangsung semakin cepat ketika kebutuhan-kebutuhan non-material diubah menjadi permintaan akan barang; ketika kesehatan, pendidikan, mobilitas pribadi, kesejahteraan, atau penyembuhan psikologis dilihat sebagai hasil dari jasa atau "pelayanan" (hal 2).
Argumentasi di atas mengungkapkan kondisi komodifikasi hubungan sosial yang makin luas, kalau bukan serba meliputi yang sudah diperingatkan Karl Marx (1818-1883). Kritik terhadap komodifikasi ini belakangan disampaikan lagi oleh sosiologi seperti George Ritzer yang dikenal dengan "mcdonaldisasi masyarakat" (1999).Â
Mcdonaldisasi dapat dimengerti sebagai suatu perkembangan birokrasi, ekonomi dan sosial dimana prinsip-pripsip yang bekerja di dalam gerai fast-food Mcdonald mengalami perluasaan dan pendalaman.Â
Prinsip-prinsip tersebut berakar pada jenis rasionalisme instrumental, yang juga menghidupi kapitalisme. Keempat prinsip tersebut adalah efisiensi, efektivititas, kontrol dan keuntungan.
Di tengah gurita komodifikasi ini, bagaimanakah sekolah dimengerti dan berfungsi?
Bagi Ivan Illich, kesalahan paradigmatik pertama masyarakat dengan kesengsaraan yang termodernisasi ialah sekolah terlanjur dimaknai sebagai satu-satunya lembaga pendidikan.  Baik yang kaya maupun yang miskin, keduanya terbebani dengan status sekolah yang "hegemonik" seperti ini. Â
Dalam bahasa Illich, bagi kedua kelompok ini ketergantungan pada layanan lembaga (sekolah) membuat mereka jadi sangsi akan kemampuan mereka menyelesaikan urusan mereka sendiri. Bahkan, seperti kutipan dalam pembuka artikel ini, sekolah telah menjadi agama dunia bagi kaum proletar modern, dan membuat janji keselamatan bagi kaum miskin di abad teknologi ini sebagai sebuah janji yang sia-sia.
Sekolah seolah-olah mengambil semua fungsi atau diletakkan sebagai institusi paling efektif dalam membentuk generasi muda yang dibayangkan oleh negara, entah di pusat atau di daerah. Dalam rangka ini, mekanisme kepengaturan dirumuskan.
Dampaknya, bagi kita sebagai bagian dari ekosistem sekolah, kehilangan imajinasi masa depan di luar yang dititipkan oleh sekolah--itu berarti hingga ke perguruan tinggi. Termasuk di dalamnya adalah kehilangan gairah akan kemandirian dan keserbamungkinan mimpi-mimpi yang non-sekolah.