Mohon tunggu...
S Aji
S Aji Mohon Tunggu... Lainnya - Story Collector

- dalam ringkas ingatan, tulisan tumbuh mengabadikan -

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Mau Sampai Kapan Melawan Ketidakmungkinan, Coach Shin Tae-yong?

9 Januari 2023   23:25 Diperbarui: 10 Januari 2023   04:36 5062
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Indonesia kembali kalah dalam pertandingan leg 2 babak semi final Piala AFF 2022 melawan Vietnam .(ANTARA FOTO/ADITYA PRADANA PUTRA via Kompas.com)

Kita masih teringat mengapa PSSI memilih Shin Tae-yong ketimbang Luis Milla yang kini malah melatih Persib Bandung. Produk Korea Selatan ini (ternyata) lebih berani menyanggupi memberi gelar juara, ketimbang mantan pemain Real Madrid dan Barcelona tersebut. Beritanya masih bisa kalian tengok di BolaSport.com. 

Padahal kita kadung jatuh cinta kepada timnas ala Milla yang gagal di Asian Games tapi tampil solid dan menyenangkan. Sayangnya, di saat yang bersamaan dan dalam masa yang panjang, kita hanya diberikan tontonan dari ujung turnamen yang selalu gagal. 

Lantas ketika seorang Shin Tae-yong yang pernah juara Liga Champions Asia lebih berani menawarkan harapan ketimbang Luis Milla yang sudah dua tahun bersama timnas, kita (kembali) menghidupi harapan lama pada sosok yang baru dan.....inferioritas itu terasa makin menjadi-jadi saja.

Kita ingin sekali percaya bahwa timnas Garuda bisa melampaui Vietnam tapi melihat bagaimana mereka bermain, kita tahu yang kita cintai ternyata kalah kelas. Apalagi ketika melawan Thailand, yang tenang dan dominan, seolah-olah mereka sedang dalam friendly game dengan klub-klub lokal--kitalah wakil dari klub-klub lokal itu.

Dan kita kecewa lagi, sejak sepak bola kita yang pas-pasan ini melahirkan Kurniawan Dwi Yulianto, Boaz Salossa hingga Yacob Sayuri. Kita bikin podcast, bikin space di Twitter, bikin artikel seperti ini di Kompasiana, dan membicarakan penyebab yang diulang-ulang. 

Kita berakhir di hesteg yang riuh dan kelak hanya berdiam dalam kehampaan sebagaimana sebelumnya. Kita menyadari siklus jalan buntu yang mengikuti langkah timnas kemana saja dan kapan saja, tapi kita tidak punya kegembiraan lain selain sepak bola.

Kita tahu ketika Thailand dan Vietnam makin melesat di Asia, sepak bola negeri ini cuma sibuk dengan bongkar pasang kepengurusan federasi. Negara pernah marah-marah tapi tidak lebih dari ini. 

Lantas, di tengah hiruk pikuk kegagalan AFF 2022, masihkah kita bersama-sama para korban di Kanjuruhan?

Jangan-jangan, kita malah berdoa bisa juara kali ini sebagai obat penenang (lantas melarikan tanggungjawab) terhadap bencana kemanusiaan tersebut. Seolah-olah dengan juara, manajemen kompetisi kita tidak salah, buktinya timnas Garuda berhasil juara. 

Sesungguhnya kita merasakan banyak absurditas, sekurangnya irasionalitas, di sekitar sepak bola nasional. Namun kita menulis prediksi seolah-olah sedang membicarakan Argentina di Piala Dunia Qatar. Selain inferioritas, jangan-jangan kita juga mengidap kehaluan yang merata-merajalela.

Jadi, coach Shin Tae-yong, sampai kapan Anda bertahan melawan ketidakmungkinan?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun