Saya hanya sekadar bisa bilang bahwa diskusi tersebut berlangsung hingga pukul 18.00 WIB. Saya melihat langsung seorang Roem Topatimasang yang berulang kali mengingatkan betapa sentralnya menjadi pegiat yang memahami betul kontek tempatan (mikro-lokal).Â
Beliau banyak berbagi permenungan dan pengalaman pengorganisasian dari masyarakat yang selama ini beliau turut terlibat di dalamnya, dari Timur hingga Barat Indonesia. Beliau membicarakan persoalan di Papua, Maluku, Nusa Tenggara Timur, Bali hingga ke Jambi, dari pangan, iklim, produksi komoditas dan pasar lokal.Â
Tak banyak menyoroti tatanan-tatanan besar yang sedang bergejolak walau tetap mengingatkan itu adalah konteks yang harus selalu di-update. Termasuk juga mengingatkan kepentingan yang tidak selalu disadari ketika kita begitu riuh mengampanyekan hak-hak masyarakat adat.
Sepanjang percakapan hampir 4 jam itu, saya kebanyakan diam dan merekam saja. Sesekali mengangguk saja.Â
Pria kelahiran 20 Mei 1958 ini masih saja tangguh berdiskusi dengan anak-anak muda. Di antaranya adalah meladeni beberapa pernyataan atau pertanyaan yang semestinya tinggal dipikirkan saja sendiri. Sosok sepuh yang sudah melahirkan sekurangnya 60 judul buku, baik sebagai penulis, penerjemah, maupun penyunting ini cukup sabar menyimak yang dinyatakan.
Pengalamannya yang panjang sebagai mantan aktivis mahasiswa dan relawan Ornop yang bekerja dari Barat (sejak tahun 1980an) hingga ke Timur membuat beliau selalu memiliki pemahaman konteks yang jeli.Â
Misalnya ketika melihat mengapa wacana-wacana besar seperti perubahan iklim sering gagal beroperasi sebagai kesadaran warga kampung. Juga bagaimana bahasa sains yang kompleks-canggih-rumit itu selalu mesti dicarikan pembahasaannya yang menyatu dengan pengetahuan sehari-hari orang kampung di Nusa Tenggara Timur.
"Ternyata kita (masih) memiliki masalah dalam cara kita memahami masalah," tegas beliau.
Di tengah diskusi, hujan deras beserta angin mulai turun. Kami berpindah ke ruang tengah di pendopo Mansour Fakih. Pak Roem menyalakan lampu sehingga saya bisa melihat wajahnya dengan lebih jelas dibanding sebelumnya.Â
Wajahnya memelihara berkumis, memutih seperti rambutnya yang mulai menipis. Tapi secara kasat mata, wajahnya masih terlihat segar walau kabarnya pak Roem sudah dianjurkan lebih banyak istirahat.Â