Mohon tunggu...
S Aji
S Aji Mohon Tunggu... Lainnya - Story Collector

- dalam ringkas ingatan, tulisan tumbuh mengabadikan -

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Cara Argentina Tidak Mengulangi "Nasib Keledai"

27 November 2022   10:57 Diperbarui: 27 November 2022   11:50 342
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Messi merayakan gol pertama saat melawan Meksiko di laga Grup C Piala Dunia Qatar 2022 | (AFP/KIRILL  KUDRYAVTSEV via Kompas,com)

Termasuk menang 2:1 melawan Real Madrid di Camp Nou. Selama merantau ke La Liga, Martino memainkan 59 kali laga, dengan 40 kemenangan, 11 hasil imbang serta 8 kekalahan. Ia memiliki prosentase kemenangan sebesar 67,80%.

Martino lantas dipilih sebagai suksesor Alejandro Sabella di Agustus 2014. 

Sabella adalah nama yang sukses membawa Messi, dkk ke final Piala Dunia di Brazil namun dikalahkan Jerman. Di fase ini, pelatih yang gemar memainkan formasi 4-3-3 berhasil membawa Argentina hingga final Copa America 2015. Argentina kalah adu penalti melawan Chile. 

Selama mengasuh Meksiko sejak tahun 2019, pelatih yang memiliki suka memainkan very high pressing dan attacking style of football sudah memberikan satu gelar juara Concacaf Gold Cup 2019. Mereka juga mencapai dua kali final, pada Concacaf Gold dan Concacaf Nations League 2021 namun kalah dari musuh bebuyutannya, Amerika Serikat. 

Background Martino menggambarkan potret pelatih memang (seharusnya) paham bagaimana menghadang Argentina edisi 2022 yang masih dipimpin seorang Lionel Messi. Apalagi, Arab Saudi sudah sukses menunjukan caranya di partai pembuka. 

Membaca Pertandingan
Hingga babak pertama usai, kita masih melihat Argentina yang mengalami kebuntuan di hadapan Meksiko yang tampil solid. 

Martino tidak memainkan formasi andalannya, 4-3-3 menyerang. Ia memasang formasi 5-3-2, menumpuk banyak pemain di pertahanan. Pressing ketat juga diperagakan.

Opsi ini tidak lantas membuat Meksiko bermain dengan sepakbola negatif, jika yang dimaksud adalah skema bertahan total sembari menanti saat serangan balik. Meksiko tetap berusaha mengontrol bola. Possesion mereka mencapai 41% sepanjang pertandingan. 

Sedangkan Albiceleste bermain dengan cara yang tidak mereproduksi sebab-sebab kejatuhan mereka di kaki-kaki gurun Arab Saudi. Pergerakan dari sayap tetap menjadi pilihan, selain pengusaan lapangan tengah yang lebih cair dan seimbang.

Messi terlihat bergerak lebih bebas. Di Maria tetap bergerak menyisir sisi sayap. Yang paling berbeda adalah De Paul. De Paul terlihat lebih mobile, walau beberapa kali kehilangan momentum. 

Jangan abaikan kehadiran Martinez di belakang. Ia beberapa kali menyuplai bola ke lapangan tengah dengan gayanya yang khas. Martinez juga selalu menang dalam mengamankan areanya di sisi kiri.   

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun