Jangan lupakan jika Ritsu Doan bermain untuk Freiburg. Sedangkan Takuma Asano bermain untuk Bochum.Â
Tapi melampaui yang terjadi di lapangan, kita terus tahu Hajime Moriyasu yang sepanjang pertandingan tetap kalem dan tidak menularkan kepanikan adalah pembaca taktik yang jempolan.Â
Dia mengetahui bagaimana "tusukan efektif" yang membuat raksasa Jerman tumbang. Berbeda dengan keberadaan Herve Renard di Arab Saudi, kali ini kita melihat bagaimana Asia menumbangkan tradisi besar Eropa.
Hajime Moriyasu tahu dengan sangat baik menggunakan sumberdaya pemainnya yang bermain di kompetisi Jerman. Seolah-olah mengulang cara yang dimulai sejak Restorasi Meiji (1866-1869). Yaitu dengan mengirim sumberdaya manusia terbaik ke negeri-negeri maju untuk menyerap semua pembelajarannya demi membangun Jepang yang modern.Â
"Jepang lebih efisien hari ini. Kami membuat kesalahan yang seharusnya tidak pernah kami lakukan terutama di Piala Dunia dan itu adalah hal-hal yang perlu kami tingkatkan," kata Hansi Flick.
Saya curiga salah satu kesalahan yang dibuat pemain Jerman adalah sikap memandang remeh. Barangkali dihinggapi perasaan dengan dominasi yang nyaris total (73% penguasaan bola), terus tidak bakal terjadi pembalikan keadaan.
Sikap itu terlihat dari gaya Rudiger. Suka tidak suka, ia menampilkan ekspresi tidak mungkin kalah saat adu lari dengan Asano, pencetak gol kedua. Rudiger lalai, ia berpikir sedang tampil di sirkus. Sementara tubuhnya sudah menghabiskan tenaga lebih banyak dari Asano yang masih segar.
Makanya kita tidak perlu heran ketika Asano membuat gol dengan cara adu speed, Rudiger tidak bisa banyak berbuat.Â
Bek Real Madrid ini terlihat ngos-ngosan, tak kuasa menambal lubang sebelum Asano berhadapan dengan Neuer. Sementara patnernya yang diajak lari Asano sudah kalah sejak start. Rudiger yang sia-sia di penghujung laga.
Dus, tidak ada saran lain bagi para pemain Jerman selain perbanyaklah melihat diri sendiri. Banyak-banyak bakaca, ngoni! kata orang Manado. Jepang atau Arab Saudi sudah menunjukan tidak ada raksasa di turnamen selevel Piala Dunia.Â
Tapi, yang tak kalah pentingnya, wahai para penduduk di negeri berflower +62 jangan mendadak merasa tahun ini adalah era kebangkitan sepakbola Asia. Sepakbola Jepang sudah lama modern dan bangkit, negeri Anda saja yang tertidur!Â