Mohon tunggu...
S Aji
S Aji Mohon Tunggu... Lainnya - Story Collector

- dalam ringkas ingatan, tulisan tumbuh mengabadikan -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kompasiana Awards untuk Tahun Ini dan Hal-hal yang Belum Selesai

20 November 2022   16:07 Diperbarui: 20 November 2022   16:15 348
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Kompasiana

Sedang Best Teacher, tentulah karena melihat pergulatan dalam pendidikan adalah melihat bagaimana generasi membentuk dirinya. 

Pernyataan ini tidak lantas bermakna bahwa pendidikan dimaksud ialah yang formal dan karena itu menjadi satu-satunya ukuran. Sebaliknya, dari arah agensi, yang dimaksud adalah bahwa guru-fasilitator-dosen yang menulis adalah jendela yang membantu kita menangkap dinamika yang menyertai hidup studente atau dunia yang lebih luas lagi.

Kita bisa melihat, paling kekinian, bagaimana pendidikan yang memerdekakan itu benar-benar menjadi praktik yang emansipatif atau sebatas wacana bergaya yang penting beda judul dari rezim sebelumnya. Eh tapi, kalau sudah dua periode, gimana dong?

Alasan-alasan di atas mungkin terlalu paradigmatis, tapi sudah seharusnya, bukan?

Maka dari itu, kelahiran dua kategori ini adalah terobosan yang menarik. Dua kategori tadi adalah ruang untuk bersuara melalui narasi yang bermutu. Ruang merawat esensi dari pada sekedar sensasi.  

Pada pokok yang terakhir inilah, melalui posisi studente, tersedia ruang bagi permenungan-permenungan mahasiswa terhadap zamannya sendiri. Semisal  ruang yang mengamplifikasi suara-suara kritis terhadap negara, kekuasaan, dan generasi di atasnya yang sering hidup out-of-date, hehehe. 

Atau bagaimana mereka bergulat dengan diri, kebahagiaan, patah hati atau hal-hal yang bukan sekedar menunggu mati saja. 

Sementara dari posisi sang guru, entah yang praktisi di lembaga pendidikan dasar atau perguruan tinggi, kita bisa tahu seperti pengalaman pengajaran, dinamika anak didik, kerumitan mengelola kurikulum hingga perspektif akademik mutakhir terhadap situasi kekinian. 

Saya merasa, mengetahui dunia sehari-hari sang guru di masa kini lewat tulisan, adalah kesempatan yang langka. Sekurangnya bagi anak seorang guru, saya boleh melihat perspektif yang berbeda dengan zaman dimana orang tua saya masih aktif mengajar.

Kita (berharap) student dan teacher memberi udara yang lebih segar bagi tumbuh kembang kewarasan-kewarasan.

Oleh karena itu, tidak terlalu penting nama-nama yang terpilih. Mereka jelas mewakili yang terseleksi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun