Dalam situasi Roma sebagai spesialis pemburu slot zona Champions, kejengkelan para Juventini terhadap Agnelli semestinya bukan apa-apa dibanding suasana batin Romanisti terhadap riwayat klub yang begitu-begitu saja.Â
Tapi, kayaknya, mereka sudah cukup puas dengan berhasil mendatangkan Dybala (yang kemudian cedera) atau Matic (yang sudah aus). Lantas Udinese, Torino dan Fiorentina?Â
Sepertinya takdir mereka belum bergeser dari tempat dimana pemain-pemain tertentu berkembang dan dibeli klub yang lebih kaya dan lebih mungkin meraih gelar.Â
Udinese memang sempat mengejutkan di awal-awal musim. Di bulan September, mereka menghajar Roma dengan 4 gol tanpa balas. Lantas menghabisi Inter Milan dengan 3:1. Tidak kalah melawan Lazio dan Atalanta.
Masalahnya adalah Udinese seringkali kesulitan menang melawan tim yang semestinya di bawah levelnya. Hanya bisa imbang dengan Cremonese, Lecce dan Spezia; tiga pejuang bebas dari degradasi. Â
Karena itu juga, tiga tim ini hanya akan berjuang di papan tengah. Mereka belum memiliki cukup kapasitas menembus 4 besar.Â
Sesudah Pildun Qatar, Serie A akan seperti apa?
Rasa-rasanya Serie A tetap akan menjadi liga yang menampilkan pertarungan klub dalam merusak dominasi Juventus, bukan meneguhkan dominasi yang baru.Â
Sesudah Inter Milan juara, kemudian diambilalih rival sekotanya, AC Milan, gelar musim ini sudah semestinya dibawa pulang oleh Napoli. Napoli yang bertahun-tahun berjuang menjadi runner-up dan kenangan juaranya tetap milik era Maradona.
Maradona bahkan telah menjadi nama stadion. Maradona bahkan telah dibikinkan patung.Â
Sejauh ini, sepak bola atraktif Napoli berhasil menciptakan kejutan. Mereka memulai musim tidak dengan transfer yang ambisius, semisal Milan apalagi Juventus.Â
Namun Spaletti berhasil membuat Liverpool terlihat semenjana hingga menciptakan kengerian di dalam negeri.Â