Ketika senja terdampar di wajahmu,
kau sedang tertidur dengan bintang pucat
di kelopak matamu.
Setiap senja tiba, wajahmu bakal berwarna jingga
tapi kini tidak lagi utuh. Seperti negeri diamuk perang.
Wajahmu tidak lagi akrab dikenali.
serupa lukisan rusak
lansekap yang meledak.
Sesuram langit retak
dan pantai yang luluh lantak.
Berantakan dan sengsara.
Wajahmu tak bisa lagi bersedih.
Wajahmu itulah nyala api dari semua yang ingin kau hangatkan
tapi terlanjur dijadikannya abu.
Wajahmu itulah gua tua yang ingin menghisap segala gelap,
namun tak mampu menunda waktu.
Wajahmu itulah kata-kata yang bersikukuh mencakar langit,
menolak dimakan fana. Tapi cuma bisa berdesis.
Wajahmu adalah kesedihan yang tersimpan rapi dalam dada seorang bapak yang tabah.
Dalam penderitaan yang panjang, dia menyucikan
yang tak boleh diratapi, walau tak mampu diakhiri.