Kita tidak akan diajak melihat mengapa kelompok ini terbentuk selain dendam dan kebencian yang vulgar kepada kelompok imigran.
Adalah Felipe Calero (diperankan Jose Luis Garcia Perez), seorang kaya yang menjadi pemimpin sebuah kelompok klandestin. Kelompok yang dipenuhi oleh anak-anak muda dengan kemarahan yang bengis.Â
Tapi dengan kekayaan yang melimpah (seperti rumah bergaya hacienda dan koleksi banteng-banteng yang juara dalam pertunjukan matador), Felipe bukanlah sang aktor utamanya. Felipe dan jejaring anak mudanya hanyalah pion dari sosok bernama Gideon.Â
Siapakah Gideon yang misterius dan membuat Chauncey (agen CIA) mencari Jenny dan memaksanya bergabung?
Menciptakan Gideon yang misterius, bagi saya, adalah salah satu konstruksi cerita yang cukup berhasil menjaga rasa penasaran. Walau sejatinya yang seperti ini adalah tindakan spionase yang lazim di film-film. Berulang walau masih diperlukan.
Salah satu bentuk dari ketegangan itu adalah manakala Jenny harus memainkan peran sebagai janda dua putra yang baru 6 bulan ditinggal mati yang pergi ke klub milik Felipe.
Jenny harus memanipulasi sisi paling rapuh dari orang kaya narsistik seperti Felipe. Lantas memasukan diri kedalam intimitas yang nyaris terbongkar kedoknya.Â
Gideon ternyata adalah mantan bos Jenny ketika masih menjadi Anya. Bos yang melatih dan mengawasinya dalam menjalankan misi merebut serum pemicu mutasi sel itu. Bos itu seorang perempuan bernama Svetlana Petrova.
Sesudah sosok mastermind ini terbongkar, sejatinya In From the Cold tinggal menyisakan aksi-aksi kekerasan belaka.Â
Aksi-aksi tersebut mencerminkan kemarahan brutal Jenny karena penculikan putri semata wayangnya. Pembalasan yang serasa mewakili dendamnya dari misi merebut serum dimana dia harus mengambil hidup perempuan yang dicintainya.Â
Pembalasannya berubah sebagai perkara personal dan memindahkan perseteruan antar sesama wakil Rusia warisan perang dingin. Narasi kebangkitan politik sayap kanan di Spanyol seketika hilang dari pusat drama.