Mohon tunggu...
S Aji
S Aji Mohon Tunggu... Lainnya - Story Collector

- dalam ringkas ingatan, tulisan tumbuh mengabadikan -

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Mengira-ngira Ruang Batin Antonio Conte

24 Februari 2022   17:35 Diperbarui: 25 Februari 2022   18:00 525
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saat menulis ini tadi pagi, Conte menempati urutan ketiga dalam trending topic linimasa twitter. Hanya kalah dari Putin yang dicuit lebih dari sejuta akun sebagaimana Ukraina di urutan kedua.

Lantas di bawahnya Conte ada Tante Lala. Entah mendadak heboh karena apa, dari bahasanya, tante ini bisa dipastikan orang di Manado. Yang terakhir ini memang tidak relevan dengan perkembangan situasi.

Pertanyaannya, seperti yang sudah kamu duga juga, mengapa Conte bisa nongol di trending topic?

Telah ramai diberitakan media massa, juga dikomentari jerigen penikmat bola tanah air, Conte sedang menghadapi jalan buntu.

Anak asuhannya dipaksa menelan kekalahan di stadion Turf Moo, markas Burnley. Kekalahan ini memastikan jika trend buruk "The Lilywhites" belum berlalu. 

Harry Kane, dkk kini menciptakan situasi antiklimaks melawan klub yang tengah bertarung demi lolos dari degradasi. Pengharapan dan pujian yang tinggi seperti di artikel Cara Conte Kembali dari Keterpurukan, seketika kembali ke titik nadir. 

Klub yang pernah juara piala FA di tahun 1901 ini ternyata belum ke mana-mana. Uniknya adalah total kekalahan yang diderita Hotspurs hingga pekan ke-24 sama jumlahnya dengan Burnley. Sama sudah mengalami 9 kali kekalahan.

Hasil ini membuat pelatih yang sukses bersama Juventus, Chelsea, dan Inter harus angkat bicara. Secara jujur, miris dan memicu reaksi yang luas di sosial media, sekurangnya di twitter. Andai tak ada serangan Rusia ke Ukraina, Conte akan memuncaki trending topic, hehehe.

Tentu saja bukan perkara siapa yang di puncak. Sebab posisi Man City hanya terlihat cukup aman jika diukur dari jarak poin Chelsea. Sedang Liverpool sedang menggila. Ups! 

Jadi kita langsung saja, serupa apa ruang batin Antonio Conte di hadapan jalan buntu Spurs?

Pertama, hasil menyesakkan ini bukan saja menafikan arti penting kemenangan dramatis atas Man City di Etihad. 

Kemenangan yang seharusnya menjadi titik balik untuk bangkit itu ternyata tidak lebih dari iklan sirup Marjan di hadapan mereka yang tidak pernah nonton televisi dan belanja ke supermarket. Singkat kata: Gak ada efeknya! 

Walhasil, optimisme yang sempat melambung kembali terjun bebas.

Kedua, pertunjukan kekalahan dan keterpurukan ini lantas memperlihatkan yang dulu samar-samar dan sifatnya spekulatif kini sedikit terang.

Masalah dari klub yang pernah mencatatkan dirinya sebagai klub Inggris pertama yang juara piala Winners di tahun 1963 ini lebih dari sekadar gonta-ganti pelatih. Dalam bahasa Conte, pelatih datang dan pergi, pemainnya masih yang itu-itu juga(!). 

Tapi hasilnya tidak berubah! Conte jelas bukan yang suka meminta kontrak panjang. So, pisah? Jangan? Jangan? Pisah?

Ketiga, sebagaimana dikatakan Conte dan dimuat BBC Sport.

"Saya ingin menolong klub. Saya bekerja sangat keras. 20 jam setiap hari saya berikan untuk Tottenham dan empat jam sisanya untuk tidur. Tapi ini tidak cukup."

Bayangkan saja. Hanya tidur empat jam demi panggilan menyelamatkan klub. Namun kerja keras itu tidak berdampak banyak kepada kapasitas dan kualitas Kane, dkk untuk pulih. Conte memang baru datang di bulan November. Conte juga bukan pesulap.

Masalahnya mungkin bukan di interval waktu. Poinnya adalah dalam nasib yang seperti ini, Conte tidak lebih baik dari Nuno termasuk Mourinho. Totalitasnya bukan garansi. Kapasitasnya menemui jalan buntu, begitu?

Keempat, sebagai golongan juru taktik elite di Eropa dengan kualifikasi juara liga, krisis di Spurs bikin pelatih berumur 52 tahun frustasi. Hal yang paling dibenci laki-laki Italia di muka bumi sepertinya kekalahan. 

Dan karena itu, ia secara berani mengatakan,"Saya datang ke sini untuk membantu Tottenham. Namun, saya siap pergi jika saya ternyata justru menjadi sumber masalah. Tidak masalah!"

Jarang-jarang ada yang meminta dipecat kayak begini. Termasuk merasa diri tak pantas menerima gaji.

Tapi barangkali kita juga perlu melihat aspek lain dari kondisi ini. Bahwa duet yang mesti dipercaya dekat dengan kesuksesan adalah kombinasi Beppe Marotta dengan Antonio Conte. Bukan Fabio Paratici dengan Conte. Iya gak sih? Hehe.

Kelima, di tengah situasi krisis, Conte juga mengungkap kesaksian jika Paratici pernah sengaja memboyong Kulusevki ke Juve. Juga pernah mencoba membawa Lukaku ke Juventus. 

Targetnya demi merusak batin Conte yang kala itu melatih Inter. Conte memang suka dengan dua pemain bersenjata kaki kiri ini.

Sekarang pemuda Kulu mulai menunjukan adaptasi yang bagus di Spurs. Trisulanya dengan Kane dan Son memiliki prospek cerah. Sedang Romelu Lukaku baru saja disindir habis. 

Perkaranya bomber berkebangsaan Belgia ini saat tandang ke Crystal Palace, bermain 90 menit, cuma bisa menyentuh bola 7 kali. Heh, ini orang main bola apa sedang lari maraton?

Apakah tidak sebaiknya mereka berempat berkumpul di markas Spurs? Barangkali Conte bisa menemukan formula yang lebih jitu. Selain begitu, mungkin bakalan membuatnya lebih tabah menerima serial kekalahan yang tidak pernah terjadi sebelum ini.

Keenam, pernyataan Conte yang menyatakan dirinya tak pantas mengambil gaji (sesudah hasil ini) dan menyatakan jika sekarang ini adalah kesempatan yang tepat mengevaluasi kinerjanya jelas isyarat dari situasi batin Conte yang tak lagi melihat ada cahaya terang di depan sana.

Hubungan singkat yang diperjuangkan dengan totalitas nyaris tanpa tanding itu (: dua puluh jam semata untuk klub!) ternyata hanya mendaurulang kekecewaan dan frustrasi yang makin menjadi-jadi.

Ketujuh, Conte yang tidak mencari-cari lagi sebab pada sesuatu di luar dirinya. Tidak sibuk menyalahkan komposisi skuadnya. Tidak meletakkan masalah ke dalam kebijakan transfer klub yang datar. 

Dalam drama kegagalan untuk bangkit ini, Conte meletakan dirinya sebagai bagian dari kegagalan itu. Kalau bukan sebagai elemen sentralnya. Jadi, apa yang mesti dikomentari lagi?

Masalahnya, sosok siapakah yang bisa datang untuk memulihkan Harry Kane, dkk? Rasanya jauh lebih gelap dari krisis yang sedang berjalan ini.

Sebagai bukan fans Spurs, rasanya lebih baik bagi saya gak ikut-ikut mikir. Sampai sini saja. Cukup.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun