Alvaro Morata patut dipuji sebagai arsitek gol kedua. Karena dribblingnya berhasil menarik para bek lantas menciptakan lubang yang dimasuki Zakaria.Â
Dari dua kesalahan tersebut, dengan satu sepakan mendatar Zakaria berhasil membuat gol bersarang di sudut kiri gawang. Sedang dari asis Dybala, Vlahovic yang terkenal cepat dan efektif berhasil melakukan sepakan lob yang jitu.
Selain debutan "Duo D" yang berhasil bikin gol--Denis Zakaria bahkan menjadi pemain dengan rating tertinggi: 8,3--kita juga perlu melihat kolektivitas skuad Juventus. Khususnya kala dikepung serangan Verona yang memiliki gaya serupa Napoli. Gemar bermain dengan operan pendek dan cepat.
Kedua, kolektivitas dalam transisi bertahan 4-3-3. Termasuk kesediaan Morata dan Dybala.
Kolektivitas sebagai cermin dari "DNA Juventus" yang dalam penglihatan Buffon agak meredup di zaman Ronaldo menjadi poros penyerangan.
De Ligt, dkk sangat solid dalam menutup ruang ketika kehilangan bola. Kolaborasi Arthur, Rabiot, dan Zakaria dalam pakem 4-3-3 cukup memberi keseimbangan yang bertenaga; kolaborasi yang bakal memperkaya keberadaan Locatelli dan McKennie.Â
Dan yang tak kalah pentingnya dalam transisi bertahan itu adalah kinerja Morata. Pemain yang dirumorkan pindah ke Barcelona di jendela transfer kemarin terlihat sering sekali membantu pertahanan di sisi kiri.Â
Selain bermain lebih keluar dan memberi asis yang dimaksimalkan Zakaria.Â
Morata kini berasa Mandzukic. Dengan adanya Vlahovic yang cepat, tajam serta kuat dalam duel satu lawan satu, Morata sepertinya akan bekerja sebagai pelayan.
Sama halnya dengan Dybala. Pergerakannya juga banyak menyisir lapangan tengah, melakukan marking hingga bersedia menopang potensi Vlahovic. Bersama Morata, peran Dybala membuat pilihan tridente bersama "DV7" cukup menjanjikan.Â
Keduanya terlihat lebih berfungsi sebagai pelayan.