Juventus harus membangkitkan antusiasmenya.Â
Begitu kata Allegri sesudah subuh tadi waktu Indonesia mengalahkan Genoa dengan skor 2:0. Tak banyak gol seperti saat Inter melumat Roma di Olimpico, memang. Atau--mengapa bukan--serupa Chelsea melumat Juventus di Stamford Bridge, misalnya.Â
Namun jika diperhatikan, dua kemenangan terakhir ini ditandai oleh perubahan yang sepertinya akan menjadi pakem atau opsi utama. Hingga musim berakhir dan AS Roma ala Mou tidak ke mana-mana, hiks.
Kala dipermalukan Atalanta di Allianz Stadium, Allegri masih menggunakan format 4-4-2. Sepanjang laga, Juventus seperti tim tanpa arah. Tidak tahu bagaimana bisa mengonversi peluang berubah gol.Â
Hanya mereproduksi kebuntuan. Walhasil, Juventini harus menanggung kesal-kantuk sepanjang menyaksikan laga yang memang pantas dimenangkan taktik Gian Peiro Gasperini.Â
Selebihnya, Atalanta lebih tahu caranya bermain efektif. Selain percaya diri, tentu saja. Terbukti lewat gol serangan balik yang menyisir sisi kiri pertahanan Juventus. Kemenangan yang bersejarah sesudah tahun-tahun yang hampa bagi Atalanta di Allianz Stadium.
Namun ketika menghadapi Salernitana di markasnya, mister Allegri mencoba bermain dengan format 4-2-3-1. Double pivot yang dilakoni Locatelli dan Bentancur serta tiga pelayan stiker tunggal (Kulusevski-Dybala-Bernardeschi) membuat Nyonya Tua bermain dengan kontrol yang dominan.Â
Statistik di Whosocred merangkum jika mereka memiliki penguasaan bola sampai 73,9%. Di dalamnya, terakumulasi 18 kali ujicoba tendangan ke gawang dengan 7 memenuhi sasaran (shots on target). Juve pulang dengan membawa tiga poin.
Pun subuh barusan, kala melayani pasukan Andriy Shevcenko. Format yang sama kembali dipakai. Double pivot itu tetap milik dua sosok yang sama dan menjadi poros dalam situasi transisi bertahan-menyerang. Hanya menang 2:0 dari tim yang sejatinya sedang sibuk mencari jati diri.Â
Tapi, sebagaimana hasil sebelumnya di Arechi Stadium, Dybala, dkk bermain dengan kontrol dominan. Ball possession-nya mencapai 70% dengan 27 kali ujicoba sepakan ke gawang lawan. Shots on target-nya mencapai 12 kali.Â
Sirigu, kiper veteran yang menjaga gawang Genoa memang bermain bagus. Seperti menahan tandukan De Ligt dan sepakan Morata.
Sirigu takluk oleh sepak pojok melengkung Cuadrado yang tak diniatkan. Gol ini mengingatkan pada gol Ronny Wabia di Piala Asia 1996. Indonesia melawan Korea Selatan kala itu. Bukan semata gol salto Widodo C. Putro yang patut dikenang.
Malapetaka kedua bagi Sirigu datang dari aksi Dybala. Sesudah menerima umpan datar Lord Bernard, menggiringnya ke dalam kotak 16 lantas melepaskan sepakan rendah dengan kaki kiri sembari menjatuhkan badan. Gool!
Dengan dua kemenangan dari dua eksprimen double pivot Locatelli-Bentancur, apa yang dikatakan Allegri?Â
Bentancur dan Locatelli membawa kualitas dan kuantitas. Manuel lebih berkualitas sedang Rodrigo lebih banyak kuantitas, tetapi dia berkembang dalam cara memainkan bola, dia terbiasa dengan umpan pendek, tetapi kami butuh semua orang bagus dalam umpan pendek dan panjang untuk membuat striker bergerak.
Walau tak bisa dilepaskan dari fakta bahwa Salernitana dan Genoa adalah para petarung yang sibuk melawan nasib degradasi, perkembangan positif "Sang Nyonya Tua" ini harus dijaga momentumnya.Â
Terutama dengan membuat format 4-2-3-1 berkembang lebih baik, stabil, dan efektif. Dengan begitu, Juventus akan kembali kedalam persaingan di zona Champions.
Di luar keharusan menjaga konsistensi dari eksperimen format di atas, dua kemenangan dengan permainan yang cenderung stabil lagi dominan ini membuktikan satu prinsip luhur. Bahwa sepak bola adalah usaha bersama menemukan dan melestarikan bentuk terbaik dari kolektivitas bermain.
Setiap musim selalu ada masalahnya, setiap masalah tidak selalu sama pelatihnya. So, di manakah arti penting Max Allegri?Â
Arti penting dari kapasitas Allegri sebagai pelatih yang belum pernah bertualang ke negeri yang lain ini cuma satu. Yakni dengan membuat Dybala, dkk tidak lagi berjibaku melawan pasang surut antusiasme dan determinasi.Â
Komentar-komentar yang mengeluhkan sikap, mentalitas dan pengorbanan diri di lapangan semestinya tidak lagi muncul dalam pernyataan postmacth.
Juventus di awal tahun 2022 haruslah yang berkembang dengan sistem double pivot sebagai poros utama dengan modifikasi yang disesuaikan. Di sini, kelenturan mazhab Allegri dalam memasukan identitas bermainnya sebagaimana pernah dipuji Marcelo Lippi akan menjadi kunci yang penting.Â
Fleksibilitas yang barangkali membuatnya tak menuntut banyak dalam perkara pembelian pemain. Namun bisa melaju jauh di Liga Champions. Tak seperti nasib Antonio Conte yang berputar-putar di penyisihan grup.
Beruntungnya, usaha menjaga momentum dan konsistensi dari format 4-3-2-1 ini bersua dengan jadwal yang tepat.Â
Sesudah dua kemenangan tipis tapi perlu, Juventus "hanya akan" menjamu Malmo di Liga Champions.Â
Berikutnya melawat ke Venezia di tanggal 11 Desember. Tim yang dikiperi mantan kiper nomor satu Argentina, Sergio Romero ini sedang berada di peringkat 16. Satu garis di atas degradasi.Â
Kemudian melanjutkan tandang ke markas Bologna pada tanggal 18 Desember. Tim yang dulu dikenang karena memiliki stiker kecil-kidal-tajam bernama Guiseppe Signori sekarang berada di peringkat 9. Hasil dari 7 menang, 3 seri dan 6 kali kekalahan.Â
Sebelum menutup kompetisi dengan libur Natal dan Tahun Baru, Juventus akan meladeni Cagliari di rumah pada tanggal 21 Desember. Cagliari kini berada di peringkat 19, satu garis di atas Salernitana. Penghuni tiga besar kandidat degradasi.Â
Ringkas kata, semestinya hanya Bologna lawan yang capaiannya menjelang setengah musim ini perlu diwaspadai.Â
Selain pernah menekuk Roma, anak asuhan Siniša Mihajlović juga sukses menekuk tim-tim papan tengah ke bawah seperti Sampdoria, Spezia hingga Venezia.
Tapi sepak bola bukan sinetron di televisi Indonesia. Karena itu pula setiap pertandingan tak cukup sekadar menang atau kalah bagi Juventus.Â
Jangan ada lengah, jangan sampai mengulang menyebut diri sebagai "mid-table team". Sebagaimana pernah dikritik dalam Krisis di Juventus (?)
Karena itu kita tunggu saja perjalanan Nyonya Tua di bulan terakhir ini.Â
Walau di luar cuaca dipenuhi hujan, angin dingin, dan kecemasan. Bahkan banjir, letusan Semeru dan tragedi, semoga kita dikuatkan dan dipersatukan sebagai sesama anak bangsa.Â
Dan semestinya juga, Desember ini adalah bulan yang berbahagia bagi segenap Juventini. Entah sedang berada di laut, darat, dan udara. Atau sedang bergumul dalam hati yang patah. Percayalah, kita hanya perlu belajar untuk selalu bangkit.Â
Andaipun harus menempuh jalan penderitaan Ajo Kawir. Yang akhirnya memahami deru debu kehidupan dari burungnya yang tertidur panjang. Sesudah masa muda yang penuh dengan kekerasan.Â
Manusia harus selalu menemukan jalan untuk bangkit.Â
Maka "Seperti Dendam, Rindu Harus Dibalas Tuntas" demikianlah Fino Alla Fine akan pelan-pelan menemukan dirinya kembali!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H