Juventus di awal tahun 2022 haruslah yang berkembang dengan sistem double pivot sebagai poros utama dengan modifikasi yang disesuaikan. Di sini, kelenturan mazhab Allegri dalam memasukan identitas bermainnya sebagaimana pernah dipuji Marcelo Lippi akan menjadi kunci yang penting.Â
Fleksibilitas yang barangkali membuatnya tak menuntut banyak dalam perkara pembelian pemain. Namun bisa melaju jauh di Liga Champions. Tak seperti nasib Antonio Conte yang berputar-putar di penyisihan grup.
Beruntungnya, usaha menjaga momentum dan konsistensi dari format 4-3-2-1 ini bersua dengan jadwal yang tepat.Â
Sesudah dua kemenangan tipis tapi perlu, Juventus "hanya akan" menjamu Malmo di Liga Champions.Â
Berikutnya melawat ke Venezia di tanggal 11 Desember. Tim yang dikiperi mantan kiper nomor satu Argentina, Sergio Romero ini sedang berada di peringkat 16. Satu garis di atas degradasi.Â
Kemudian melanjutkan tandang ke markas Bologna pada tanggal 18 Desember. Tim yang dulu dikenang karena memiliki stiker kecil-kidal-tajam bernama Guiseppe Signori sekarang berada di peringkat 9. Hasil dari 7 menang, 3 seri dan 6 kali kekalahan.Â
Sebelum menutup kompetisi dengan libur Natal dan Tahun Baru, Juventus akan meladeni Cagliari di rumah pada tanggal 21 Desember. Cagliari kini berada di peringkat 19, satu garis di atas Salernitana. Penghuni tiga besar kandidat degradasi.Â
Ringkas kata, semestinya hanya Bologna lawan yang capaiannya menjelang setengah musim ini perlu diwaspadai.Â
Selain pernah menekuk Roma, anak asuhan Siniša Mihajlović juga sukses menekuk tim-tim papan tengah ke bawah seperti Sampdoria, Spezia hingga Venezia.
Tapi sepak bola bukan sinetron di televisi Indonesia. Karena itu pula setiap pertandingan tak cukup sekadar menang atau kalah bagi Juventus.Â
Jangan ada lengah, jangan sampai mengulang menyebut diri sebagai "mid-table team". Sebagaimana pernah dikritik dalam Krisis di Juventus (?)