Tas kecil itu bukan barang murah di zamannya. Cara memerolehnya menyaratkan kepantasan-kepantasan tertentu. Eh tapi, sejak kapan produk Eiger murah ya? Hihihi. Peace, bro. Jangan somasi saya ya.Â
Sampai sekarang saya juga masih menggunakan merek ini. Saya sudah punya 3 atau 4 celana panjang lapangan yang umurnya sudah 3 tahun dan masih baik-baik saja. Tak ada yang sobekan, kecuali mulai agak pudar dan terlihat lebih tabah. Sebab sesekali harus dibawa masuk ke rawa gambut.Â
Tentu saja belinya tidak sekaligus. Masih harus menyisihkan sedikit uang. Kebanyakan karena ketiban THR, wkwkwk. Saya masih jelata akar serabut walau tak lagi berdagang terompet.
Rame-rame Eiger itu mengingatkan saya jika ada barang-barang tertentu yang mula-mula bersifat tersier namun bisa melampaui fungsi asalnya.Â
Sebuah celana jenis taktikal, misalnya, tidak semata celana dalam arti fisik. Jika ia terlibat dalam perjalanan yang melelahkan lahir batin di rawa gambut, dia memiliki status yang khusus bagi pemakainya. Apalagi dipakai dalam pertempuran jalanan dengan teroris seperti di kawasan Sarinah, Jakarta, tempo hari. Viral-lah dia!Â
Sebab terlibat dalam rangkaian pengalaman tertentu yang menjelaskan usaha anak manusia memenuhi capaian-capaian dirinya. Saya tidak bilang bahwa barang mahal memiliki fungsi yang lebih baik dari pada yang sejenis namun lebih murah. Bukan di sana perkaranya karena antara barang mahal, gaya hidup dan status sosial seringkali tipis.
Walau begitu, saya tak bilang Eiger sekadar gaya-gayaan. Saya masih merasakan produknya yang tahan bertahun-tahun karena itu juga mengurangi boros membeli barang sejenis. Saya sudah mengalami salah satu produknya menjadi warisan hingga lebih dari satu dekade.Â
Makanya, Eiger jangan tumbuh dengan telinga yang tipis. Boleh bersikap lebih selow menyambut kritik. Tua itu pasti, dewasa adalah cobaan, kawan.***Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H