Mohon tunggu...
S Aji
S Aji Mohon Tunggu... Lainnya - Story Collector

- dalam ringkas ingatan, tulisan tumbuh mengabadikan -

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

#4 Dari Sepiring Telur Dadar--Mengapa Saya Mesti di Sini?

16 Januari 2021   15:06 Diperbarui: 16 Januari 2021   15:41 273
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Makan siang dengan telur dadar dan pucuk Kunjui. Di tepi sungai sembari menikmati pikiran tenggelam di balik hutan di seberang sana | Dokumentasi Pribadi

Tapi saya. Saya apalah? :(

Semua catatan saya, bahkan ketika bergerilya di ranah fiksi, hanyalah koleksi dari endapan cerita harian-perihal-kegelisahan-kebingungan-udik+pinggiran-norak+nomad-lantas-berbuah-curhat. Bukan rentang yang pendek sebab di tahun ini akan menjadi sewindu melakoni menulis dari antusiasme yang seperti itu.

Mungkin sudah begitu nasib kata-kata yang mengiringi saya. Sebab, humor hanya bisa dikerjakan oleh mereka yang sudah melampaui. Melampaui diri sendiri, melampaui penampakan superfisial dari bumi manusia. Humor adalah milik mereka yang sudah mencapai status hakikat.

Sesungguhnya saya pernah sekali coba-coba memasang cerita humor. Bukan saja basi lagi garing. Kemunculannya langsung dibabat admin. Hilang dari ruang baca khalayak-TERLARANG. Keringat dingin memenuhi tengkuk yang makin tebal dimakan matahari ini. 

Duh, rasanya seperti mengambil sempak yang tertukar tapi diteriaki maling. Ya gimana gak jadi begitu, sempaknya berenda-renda berwarna merah jingga?!

Humor hanya milik mereka yang sudah melampaui, bukan?

Sedang kami ini, barisan milenial angkatan pertama yang dibentuk oleh momen-momen transisi: dari mesin ketik ke internet, Orde Baru ke Orde Reformasi, Telenovela ke Drama Korea, dari Raisa dan tidak kemana-mana?? Bagaimana caranya "melampaui"?

KAMI, iya KAMI tanpa dendam kekuasaan dan kehendak memerintah. Tanpa seragam dan vergadering!

Jadi, ijinkan saya membetah-betahkan diri di sini. Di dalam diari. Walaupun guru-guru saya tidak pernah menganjurkan seorang lulusan IPS bermasa depan menjadi penulis diari ternama, tiada masalah. Anggap saja ini bagian dari latihan menyusun memo penelitian, hihihi. 

Lagi pula, mumpung generasi yang semestinya mengisi kanal ini belum ada, biarlah saya terlibat sebagai bagian dari penunggunya. Sembari mengabadikan pergulatan hati dari generasi yang dibentuk seleranya oleh Hai atau Aneka Yess! Siapa tahu, dengan begitu, Prof. Pebrianov tidak lagi merasa sendiri menempuh jalan ninja menjadi Kandidat Admin K tahun 2045; the One and Only! Ada saya yang mulai bermimpi menjadi "Kompasianer Sepanjang Curhat" di tahun yang sama.

Agar supaya Prof. Pebrianov tidak lagi memproklamirkan dirinya sebagai Humas Poltak Center. Kembalilah ke jalanmu yang sunyi, kakang Prof. Ingatlah jika pemiliknya masih punya utang di warung kopi sebelah, dengan apa membayar vermaak celanamu, Prof? 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun