Mohon tunggu...
S Aji
S Aji Mohon Tunggu... Lainnya - Story Collector

- dalam ringkas ingatan, tulisan tumbuh mengabadikan -

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Andai Memilih Kampus Semudah Memastikan Nasib

11 Januari 2021   14:47 Diperbarui: 11 Januari 2021   14:53 278
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Ilustrasi: osc.medcom.id

Pada mulanya alasan memilih kampus terbaca sebagai peristiwa konyol, ternyata di dalam yang konyol (jangan sampai salah tulis! #masJePeModeOn) terkandung...

Begitulah akhirnya saya tiba di Manado. Kota kecil di tepian laut Pasifik yang melahirkan nama besar seperti Sam Ratulangi, futurolog dari masa perang. Nama yang rumah pengungsiannya di Serui, Papua seringkali saya lewati di masa kecil. Namanya menjadi kampus yang menjuangkan falsafah "Sitou Timou Tumou Tou". Manusia hidup untuk memanusiakan orang lain.

Di kampus itu, kepentingan akademik saya diasuh seorang pendeta Protestan sekaligus sosiolog. Seorang yang sangat energik dalam ruang perkuliahan dan tak pernah bosan mengingatkan jika seorang sosiolog tidak bisa melihat masalah-masalah sosial sebagai diri yang berjarak dan dingin. Seolah saja masyarakat adalah sebongkah daging mati di ruang eksperimen medis--cieh, nyerang anak-anak IPA nih ceritanya?!

Seorang guru, pembimbing, dan orang tua yang sedikit penghormatan kepadanya telah saya abadikan di Kepada Guruku yang Pendeta dan Sosiolog Itu. Yang meyakinkan saya jalan sosiologi boleh membawamu kemana suka tanpa kehilangan akar dan sikap berpihak. Menjadi manusia pinggiran yang percaya diri. Guru semasa kuliah ini adalah adik tingkat Om Guru Felix Tani di Salatiga. 

Keasyikan mempelajari sosiologi telah membuat saya tabah bertahan jauh dari rumah. Termasuk tabah diputus seketika adik kelas sesudah 3 bulan mengalami masa mahasiswa baru. Oh ya, adik kelas ini jurusannya IPA--apakah ini tampak sebagai kebetulan atau kutukan di matamu?!

Ini Manado, Bung. Sebab memutuskan kuliah tidak semudah memastikan nasib, tetap berjuang! Dan, semoga Om Guru Felix Tani memaafkan saya dalam kesaksian ini. *** 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun