Subuh ini, Allianz Stadium adalah teater bagi mimpi buruk.
Subuh hari yang suram. Nyonya Tua akhirnya menanggung malapetaka sesudah keberhasilan menjaga diri dari kekalahan. Tak tanggung-tanggung pula hasil buruk yang diperoleh. Belum lagi caci maki fans yang menyasar sang coach, bek gaek Bonucci juga Alex Sandro. Panas dan menyesakkan.
Hasil buruk ini juga serasa menampar kata-kata De Ligt yang sebelum pertandingan sempat berujar, "Saya mengharapkan pertandingan yang sulit, karena Fiorentina memiliki pemain dengan kualitas asli dan selalu menyulitkan."Â
Capaian 12 kali tak terkalahkan sesudah tiga poin atas Napoli pada laga ke-3 dibatalkan ternoda sudah. Juventus kini memiliki poin 24, bukan 27 seperti sebelumnya. Juventus dan Napoli masih akan berlaga untuk laga ke-3 yang tidak sempat dimainkan karena ketidakhadiran Napoli. CONI menerima banding Napoli dan memutuskan seperti itu.
Mimpi buruk Juventus dimulai dari kejelian Ribery melepas umpan terobosan yang membuat De Ligt kelimpungan mengejar Dusan Vlahovic. Dusan memang cepat dan efektif. Mimpi buruk lantas disempurnakan dengan kartu merah Lord Cuadrado di menit 18. Lelaki ex-Fiorentina asal Kolombia yang menjadi bintang dalam pembantaian Barcelona kini menjadi terkutuk.Â
Sejak kartu merah tersebut, pertandingan terasa lebih berat. Di Fiorentina ada Cesare Prandelli. Kenanglah jika sosok ini adalah suksesor Marcelo Lippi di tim nasional. Dia pernah berhasil membawa Gli Azzurri sampai ke babak final piala Eropa 2012 sebelum disikat Spanyol 4 gol tanpa balas. Saat itu, langit Italia sedang mendung karena skandal pengaturan skor liga domestik.Â
Memang pasukan Pirlo tidak langsung lesu darah dan kehilangan cirinya. De Ligt, dkk tetap bermain dengan pressing dan selalu ingin memenangkan bola. Terutama McKennie yang tetap bermain dengan determinasi tinggi. Fiorentina yang mestinya mengatur situasi justru tidak terjadi.Â
Masalahnya, sampai kapan situasi itu akan bertahan jika tak ada gol yang tercipta? Sampai kapan 10 orang bisa terus bergairah memutarbalikan keadaan jika lawannya adalah bebuyutan yang sedang berada di tangan yang tepat?
Jika kamu gugup, cepat atau lambat kamu akan kebobolan. Jadi kami memutuskan ini adalah permainan yang tepat untuk mengambil resiko. Prandelli yang bilang begitu sesudah berhasil membuktikan sentuhannya membuat Fiorentina bekerja lebih baik dari Juventus.Â
Komentar paskalaga yang mencerminkan jika Fiorentina-nya Prandelli terlihat lebih disiplin dalam penjagaan area. Sebisa mungkin mengunci ruang yang memberi kesempatan Juventus bermain dengan umpan-umpan pendek. Sebisa mungkin mengurangi terciptanya kesalahan di area sendiri. Dan, menatap laga tanpa inferioritas.
Selain itu, salah satu senjata yang dimiliki dari mantan pelatih tim nasional Italia adalah counter attack. Serangan balik cepat yang mengacak-acak sisi kanan pertahanan Juventus.Â
Strategi ini terbukti jitu. Â Sesudah gol pertama, gol berikutnya datang dari arah yang sama. Alex Sandro terpaksa melakukan gol bunuh diri sesudah Bonucci gagal menghalau bola dari kotak 16. Lalu diikuti dengan gol penutup Martin Caceres, si mantan bek kanan Juventus, yang tampil stabil sepanjang babak. Bola datang dari arah yang sama juga. Game over!
Singkat berkata-kata, La Viola lebih tahu caranya meredam agresivitas dan memenangkan pertandingan.
Yang saya tiada mengerti, mengapa Pirlo memaksakan Kulusevski ketimbang menjaga lini tengah dengan keberadaan McKennie? Kulusevski tidak banyak memberi perubahan pada permainan, kalau bukan malah menambah lubang di sisi kanan. Sama halnya dengan Lord Bernardeschi yang dramanya di kotak penalti tidak direspon oleh VAR.
Sama tidak mengerti, Om Nedved ngapain pakai acara ngambek segala?
Kemenangan besar La Viola ini bukan saja penting bagi kepercayaan diri mereka. Namun juga mengingatkan pada sejarah kemenangan tandang terakhir di tahun 2008 atas Nyonya Tua. Saat itu Juventus dilatih oleh Ranieri dan harus keok dengan skor dramatik, 2:3. Pelatih Fiorentina kala itu adalah orang yang sama.Â
Tidakkah Prandelli merupakan sejenis "batu nisan" bagi Juventus?
Yang jelas, kekalahan ini mengembalikan Juventus ke bumi. Kalau masih di awan, berarti halu dong. Menunjukan jika proyek Pirlo belum berbicara banyak sekalipun sudah membantai Messi, dkk-yang memang sedang berjibaku menyusun identitas dengan sentuhan pelatih baru juga.Â
Di klasmen, Juventus harus berjarak 7 poin dengan Milan dan 6 poin dengan Inter. Juventus kini berpeluang terlempar dari "The Big Four" jika Roma dan Napoli meraih kemenangan. Dinamika yang justru bagus bagi proyek Pirlo. Seperti apa Pirlo akan mengembalikan Juventus dan membentuk kolektivitas yang lebih baik bersama mazhab menyerangnya.Â
Sebagaimana disampaikan Pirlo sesudah pertandingan. "Sekarang, kita harus mulai lagi dengan hasrat, memikirkan kesalahan yang kita buat dan melaksanakan proyek kita." Â Harus kembali fokus untuk melanjutkan perjalanan panjang di Serie A yang kembali akan dimulai 3 Januari mendatang.Â
Ya sudah, selamat libur Desember dan menyambut perayaan Natal. Tetap optimis Pirlo akan menemukan cara kembali, solid dan bersaing di level tertinggi Serie A. Sampai juga tahun depan, Sir. Tetap setia di garis #ForzaJuventus #FinoAllaFine.
Lebih penting lagi, terima kasih Prandelli.***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H