-The end of the PERFECT week! -Â @juventusfcen
Genoa memang sedang memulai musim dengan hasil yang buruk. Dari 11 laga yang dijalani, anak asuh Rolando Maran ini baru bisa menang sekali. Tujuh kali keok, sisanya imbang. Capaian yang lebih buruk dari Benevento, si promosi asuhan Pippo "Raja Offside" Inzaghi.
Tapi laga kandang adalah kehormatan, dengan atau tanpa penonton. Tak ada tim yang sudi diinjak-injak martabatnya di rumah sendiri. Maka, Genoa tetaplah ujian yang tidak bisa dilihat sebelah lirikan. Sekalipun Juventus baru saja menghabisi Barcelona di rumahnya yang mulai tak angker itu.
Karena ini juga, saya kira, sang Profesor mengirim peringatan yang tegas sebelum laga. "Jika kami masih memikirkan Barcelona, kami harus mengubahnya sekarang. Kami harus membuka lembaran baru dan menciptakan konsistensi."Â
Sepenuhnya setuju, buat apa berbangga diri dalam romantika berlarut-larut jika itu hanya bekerja layaknya iklan pemutih kulit pada sinetron berjam-jam yang buruk? Aku padamu, Maestro! Â
Kita juga tahu, setiap laga adalah momentum untuk terus menerus menjadi. Ia bukan saja semacam medium bagi pembuktian hasil latihan dari bagaimana pendekatan pelatih ditafsirkan. Ia adalah sejarah yang sedang membentuk dirinya. Ia adalah masa depan yang sedang dikerjakan. Di dalamnya, kita menunggu konsistensi dan hasrat yang terus berusaha ditegakkan pada level maksimal.Â
Subuh tadi, Juventus datang le Luigi Ferraris dengan kehendak yang seperti di atas: meletakan konsistensi dan hasrat untuk menang di level maksimal.Â
Sejauh tatapan di layar kaca, di antara kantuk dan penasaran, De Ligt, dkk bermain dengan intensitas pressing yang tinggi. Setiap kehilangan bola, mereka langsung mengepung. Tak boleh ada ruang bagi Genoa untuk mengembangkan rencana-rencana mereka. Di laga ke-100 bagi Ronaldo ini, pasukan Nyonya Tua kelihatan seperti anjing perang. Lapar lagi beringas.Â
Mereka juga bermain dengan gairah menguasai bola lebih sering. Umpan-umpan pendek melintasi area dengan sesekali crossing tampil sebagai strategi utama. Bertemu jalan buntu di kiri, mencoba lagi di kanan.Â
Bolak-balik tak ada henti dan perlahan-lahan memelihara kejemuan pada tatapan. Genoa bermain dengan lini tengah yang rapat sehingga Bentancur-McKennie-Rabbiot juga tak banyak menghasilkan asis yang berasal dari terobosan.Â