Dengan diantar beberapa warga desa, kami menuju anak-anak sungai yang terletak di sebelah timur dan barat desa Tampelas.
Kamu sudah siap menjelajahkan pikiran? Apabila sudah, berangkaat.
Sungai ini terletak di sebelah hilir bagian barat dari Tampelas. Dari pemukiman, dengan perahu sedang bermesin (ces), kita bisa menjangkaunya dengan menyusuri DAS Katingan ke arah selatan untuk menemukan pintu masuknya.
Dari cerita warga, Bengkui merupakan salah satu lokasi tangkap nelayan. Bukan saja dari Tampelas namun juga dari desa Galinggang, tetangga mereka di sebelah selatan. Ada beberapa pondok sederhana yang dibangun di atas airnya yang berwarna kehitaman dengan langit biru yang bersemangat.
Sungai ini akan kering di musim kemarau dan rentan dengan kebakaran.
Tiba di sini, kamu bisa menyaksi ekosistem hutan rawa yang terdegradasi. Selain memiliki sejarah kebakaran hutan dan lahan, Bengkui hari ini juga dibentuk oleh tutupan hutan yang terbuka. Tanda bahwa memiliki sejarah penebangan kayu. Sisanya adalah keheningan alam yang hakiki. Saat tiba di sini, saya hanya menjumpai seorang ibu dengan sampan/jukung. Mendayung pelan menuju pondoknya sesudah mengumpulkan ikan dari peralatan tangkap sederhana.Â
Kamu mungkin segera saja bertanya-tanya, tidakkah keramaian yang berlebihan bisa berbahaya bagi keseimbangan? Bwehehe.
Sungai berada di sebelah timur dan merupakan jalur alternatif penghubung Tampelas, Telaga dan dan Galinggang. Letaknya di belakang perkampungan dan merupakan bagian dari bentang yang menyangga kawasan Taman Nasional Sebangau.
Nusa adalah salah satu wilayah tangkap nelayan tradisional dari tiga desa. Tegakan pepohonanya yang masih rapat menjulang dengan air yang kehitaman di bawah langit biru membuat seperti berada dalam lukisan tua. Karena itu, sungai Nusa adalah salah satu spot yang selalu bisa membuat saya merasa sedang dipeluk masa lalu yang tenang. Ahaai.