Mohon tunggu...
S Aji
S Aji Mohon Tunggu... Lainnya - Story Collector

- dalam ringkas ingatan, tulisan tumbuh mengabadikan -

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

"Teknologi Pengawasan Tubuh" dan Saya, Begini Kesannya

13 November 2020   09:26 Diperbarui: 13 November 2020   19:18 544
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Teknologi pengawasan memproduksi catatan-catatan yang membuat saya harus lebih sensitif karena pada momen menuju tidur, mengalami ngantuk dan menikmati lelap butuh beberapa prasyarat. Tidak bisa semata karena lelah sesudah berlari, tidak cukup karena deadline pekerjaan yang sudah dibereskan.

Tubuh yang lelah dan pikiran yang lepas dari beban-beban dari kutukan ideologi sukses saja tidak cukup.

Tubuhmu masih meminta suasana yang tenang, hawa yang sejuk dan kasur yang bersih. Tubuhmu juga masih menghendaki pemenuhan spiritualitas demi menjaga ketenangan berdiam di rongga batin wahai manusia yang pulang pergi di antara sungai, pinggir hutan dan kota kecil.

Atau, kamu bisa butuh daftar tambahan: kamu mesti menjaga pola makanmu, melakukan diet gawai dan meditasi yang rutin. Kamu mesti menciptakan semesta relaksasi bagi tubuhmu yang kelelahan bertarung karena menganut jalan: Demi Kau dan Si Buah Hati-nya Om Pance Pondaag. Ahaai.

Semuanya terus terbaca seperti proyek (terhadap) tubuh demi terus survive sebagai Sapiens. Dan, dalam daftar panjang penemuan manusia demi menjaga keberlangsungan, saya hanyalah nomad digital dengan udik-isme yang menyala-nyala.

Maksudnya, terkaget-kaget, latah dan keseringan berbicara dengan dirinya sendiri. Hehehe.

Hal lain dari tubuh yang kini memiliki saluran untuk bersuara menuntut hak-haknya terhadap pola hidup yang menjaga sehat, teknologi pengawasan ala Jam Pintar ini juga memberi penegasan jika saya sedang hidup dengan tenaga dorong kecerdasan artifisial (AI) dalam sistem medis.

AI sebagai perpanjangan tangan dari kerja insitusi rasional yang berkembang oleh penemuan-penemuan sains di bidang kesehatan manusia dengan seperangkat metodologi yang menjaga manusia hidup lebih sehat (dan lama). Sekurang-kurangnya, ia memberi peringatan tentang kondisi-kondisi yang mesti dihindari.

Tentu saja patut dicurigai dalam irisan kepentingan yang lain, teknologisasi seperti ini adalah rantai komoditas yang berkelindan rapat dengan produksi gaya hidup manusia paska-industrial. Di dalamnya, selalu tersedia kesempatan untuk memanipulasi alias gaya-gayaan belaka.

Di balik jejaring teknologi perekam gerak tubuh, selalu tersedia subyek dan segala motif yang tak mudah dibaca dengan memelototi permukaan belaka---termasuk tulisan ini, kan? Hihihi.

Melampaui itu, AI yang seperti ini hanyalah unit kecil dari kuasa yang lebih besar. Yang terlibat dalam ambisi segelintir manusia melawan takdir kematian. Melawan takdir kesementaraan karena kematian adalah dorongan terbesar yang kini menghidupi mimpi umat manusia sesudah lulus dari ujicoba kelaparan dan serangan wabah. Revolusi sains adalah motornya. Kira-kira begitulah proyek Homo Deus dalam risalah Harari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun