Kata-katanya yang paling membakar Fermin adalah "Aku kira ini momentum untuk memperoleh kembali keadilan. Tapi ternyata, teman kita ini inginnya bermain-main sebagai korban. Aku sudah muak dengannya! Disangkanya cuma dia yang mengalami kehilangan."
Tidak menunggu lama, Fermin bangkit dan menjadi aktor intelektual dari aksi merebut kembali hak-hak para pecundang.Â
Pada cerita selanjutnya, kita dibawa sang sutradara menyaksikan rapat-rapat kecil, penyepakatan rencana dan pembagian peran dalam aksi.Â
Dari menyusupkan anak Fermin sebagai mata-mata ke kantor Manzi hingga melacak jenis alarm yang digunakannya. Rencana aksi kelompok "La Metodica" dimulai dengan menciptakan gangguan kecil pada bunker penyimpangan hingga penghancuran gardu listrik yang menggelapkan seluruh kota.Â
Dalam aksi melawan balik ini, terasa sekali usaha para penulis naskah menciptakan kesan yang logis dari setiap tindakan yang dipilih. Dengan begitu, perlawanan para pecundang ini tidak terbaca sebagai amuk biasa yang terlalu sederhana dalam memenangkan pertarungan. Untuk kerja menjaga tempo dan kemasukakalan cerita, keterlibatan Eduardo Sacheri cukup berhasil.Â
Eduardo Sacheri adalah penulis novel berjudul La noche de la usina yang diadaptasi menjadi "Heroic Losers". Dari novel ini, ia meraih Alfaguara Novel Prize di tahun 2016. Salah satu ajang penghargaan bergengsi bagi para sastrawan dalam bahasa Spanyol. Â
Bagaimana akhir cerita film yang disutradari Sebastin Borensztein ini?
Para pecundang itu memenangkan apa yang direncanakan merebut kembali hak-hak mereka. Lebih dari itu, mereka juga sukses mewujudkan idealisme tentang ekonomi koperasi. "La Metodica" kembali bergerak menjadi salah satu sendi ekonomi Villa Alsina.
Di "Heroic Losers", taktik sabotase dan peledakan ala anarkisme diperlihatkan sebagai salah satu senjata menghancurkan kekuatan Manzi yang melambangkan kelas atas. Kaum kaya, pintar dan berpengaruh; khas borjuasi.
Jalan kekerasan yang dipilih Fermi, dkk memang tidak terlihat sebagai opsi terakhir. Sebagaimana tidak terlalu tergambarkan keberadaan institusi penegak keadilan dalam film berdurasi  116 menit ini.
Ada kesan jika segalanya yang bersama negara dan para penopangnya adalah sumber penderitaan semata! Hanya dengan "aksi (serangan) langsung", mereka baru bisa dihentikan. Mengharapkan dialog dan persidangan hanyalah sia-sia.Â